Penyimpangan seksual masih menjadi problematika yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Problematika yang tak kunjung usai ini telah menarik berbagai kalangan masyarakat untuk menyerukan perlawanan terhadap penyimpangan seksual yang masih merajalela. Salah satunya ialah kalangan sastrawan, yang mana mereka menjadikan karya sastra sebagai media untuk mengangkat persoalan mengenai penyimpangan seksual dan menyelipkan nilai-nilai di dalamnya.
Dilihat dari segi perjalanan kesusastraan Indonesia, karya sastra pada periode kontemporer turut diwarnai dengan karya sastra bertemakan penyimpangan seksual yang kebanyakan diciptakan oleh pengarang perempuan. Ayu Utami menjadi salah satunya. Ia pernah menuliskan buku bertemakan penyimpangan sosial ketika periode kontemporer berlangsung, yaitu novel yang berjudul Saman.
Novel yang pernah meraih penghargaaan dari Dewan Kesenian Jakarta 1997 dan telah dicetak ulang sebanyak 22 kali itu mengangkat berbagai persoalan mengenai penyimpangan seksual, mulai dari immoralitas/promiscuity, perzinaan, hingga pemerkosaan. Dalam novel tersebut, Ayu menggambarkan perilaku promiscuity dalam tokoh Cok, Shakuntala, dan Yasmin.
Tokoh-tokoh tersebut sering melakukan hubungan seks sebagai bentuk kesenangan secara bebas. Adapun perilaku penyimpangan seksual lainnya yakni perzinaan dilakukan oleh beberapa tokoh, yaitu Laila bersama dengan Sihar dan Yasmin bersama dengan Saman.
Tokoh-tokoh tersebut melakukan perselingkuhan sebagai bentuk perzinaan yang melibatkan hubungan seksual. Sedangkan bentuk penyimpangan seksual berupa pemerkosaan dilakukan oleh dua orang laki-laki terhadap tokoh Upi.
Ayu sebagai pengarang perempuan pada periode kontemporer telah berkontribusi dalam menyuarakan perlawanan atas penyimpangan seksual yang tumbuh subur di kehidupan manusia melalui karya yang ditulis olehnya, yang mana perilaku tokoh di dalamnya menunjukkan penyimpangan seksual yang kini masih relevan, bahkan semakin tak terelakan keberadaannya, mulai dari pergaulan bebas, perzinaan, hingga pemerkosaan.
Ayu membuktikan bahwasanya perlawanan terhadap isu penyimpangan seksual dapat dilakukan melalui novel sebagai medianya. Sehingga novel tersebut mampu mengarahkan pembaca untuk memperoleh nilai-nilai untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa salah satu cara untuk dapat menentang penyimpangan seksual yang terjadi di tengah masyarakat ialah dengan menuangkannya ke dalam karya sastra untuk kemudian diperoleh nilai-nilai di dalamnya.
Adapun Ayu Utami menjadi salah satu perempuan pengarang kontemporer yang berkontribusi atas hal tersebut. Ayu berhasil mengungkapkan perilaku penyimpangan seksual berupa immoralitas/promiscuity, perzinaan, dan pemerkosaan melalui tokoh-tokoh di dalamnya, yang mana hal tersebut benar-benar terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia.
Pada intinya, sebagai pengarang perempuan kontemporer, Ayu Utami telah berkontribusi melalui karyanya untuk menentang penyimpangan seksual.
Referensi: