Bagi insan di pendidikan kesetaraan tentu tidaklah asing dengan tagline yaitu melayani yang tak terlayani, menjangkau yang tak terjangkau. Tagline tersebut bukanlah tagline semata karena memang pendidikan kesetaraan melayani semua orang yang tidak mendapatkan akses pendidikan. Pendidikan kesetaraan melayani peserta didik dari bermacam-macam usia mulai dari usia sekolah hingga lansia yang masih membutuhkan layanan pendidikan nonformal. Peserta didik pendidikan kesetaraan yang sering disebut warga belajar biasanya didominasi oleh masyarakat yang tidak berada di usia sekolah. Namun itulah keunikan dari pendidikan kesetaraan.
Seperti diketahui, Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka sebagai salah satu program dari Merdeka Belajar. Kurikulum merdeka diluncurkan untuk perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum merdeka ini sebenarnya merupakan angin segar untuk pendidikan di Indonesia yang sampai saat ini masih belum berkualitas kalau dilihat dari hasil PISA. Hasil PISA tahun 2018 menempatkan Indonesia di urutan ke-74 atau peringkat keenam dari bawah.
Skor PISA Indonesia tidak mencapai skor rata-rata negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Hasil Pisa Indonesia tahun 2018 menunjukkan kalau kualitas pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan. Pada tahun 2018, kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71. Skor PISA akan kembali dirilis tahun 2023 ini.
Berbicara tentang kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan kesetaraan sering dianggap sebagai alternatif pendidikan formal tentu mempunyai pekerjaan rumah yang sangat besar. Apalagi warga belajar di pendidikan kesetaraan tidak semuanya berusia sekolah dan kadang harus sekolah sambil bekerja. Dengan keragaman usia yang ada di pendidikan kesetaraan perlu pendekatan khusus karena tentu pembelajaran yang ada sekarang sesuai dengan kondisi pembelajarannya di masa lampau.
Pendidik di pendidikan kesetaraan juga harus selalu belajar dan menambah ilmu karena tantangan di era informasi seperti saat ini semakin banyak. Saat ini bisa memanfaatkan teknologi informasi untuk membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Meski begitu, pendidikan kesetaraan tidak semuanya bisa memanfaatkan teknologi informasi. Untuk warga belajar yang memasuki usia 40 tahun ke atas, tingkat kemampuan penggunaan teknologi informasi secara umum sangatlah kurang.
Perkembangan teknologi bagi mereka sangatlah cepat karena di zaman mereka sekolah belum menggunakan teknologi seperti saat ini. Walaupun banyak pula warga belajar yang berusia 40 tahun di atas mempunyai gawai namun belum bisa sepenuhnya lancar menggunakan teknologi. Padahal, kebutuhan saat ini untuk pendidikan kesetaraan diperlukan kemampuan untuk teknologi informasi terutama saat melakukan ANBK atau ujian kesetaraan beberapa waktu ke depan.
Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia dalam PISA juga dipengaruhi rendahnya kualitas pendidik. Meski masih ada faktor lainnya, pendidik di pendidikan kesetaraan berkewajiban untuk meningkatkan kapasitas dirinya dengan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ataupun ikut dalam komunitas belajar. Selain kapasitas diri, pendidik juga perlu meningkatkan kepekaan terhadap potensi muridnya. Dalam merdeka belajar menekankan pada potensi warga belajar sehingga mereka belajar sesuai minat dan bakatnya. Dalam laporan PISA menduga rendahnya kualitas guru dan disparitas mutu pendidikan di Indonesia adalah penyebab buruknya kemampuan literasi di Indonesia secara umum.
Akibat rendahnya kualitas skor PISA ini artinya literasi di Indonesia sangatlah rendah. Menurut $ Shintia Revina (2019)$ , literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas negara, yaitu jumlah output yang dihasilkan negara tersebut dalam suatu periode.
Produktivitas yang rendah akan memengaruhi tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita, yaitu tingkat pendapatan semua orang di sebuah negara jika terdistribusi secara merata . Untuk meningkatkan skor PISA dan kualitas pendidikan khususnya pendidikan kesetaraan di Indonesia setidaknya ada empat hal yang dilakukan yaitu menerapkan kurikulum merdeka, peningkatan mutu pendidik di pendidikan kesetaraan, sinergitas pemerintah pusat dan daerah dan terakhir adalah penguatan literasi melalui Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
Literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan (Shintia Revina) . Kurikulum merdeka yang dicanangkan oleh Kemdikbudristek sebenarnya sangat sesuai dengan konsep pendidikan kesetaraan yang sama-sama berpusat pada murid. Pendidikan kesetaraan dalam praktiknya sudah menggunakan kurikulum merdeka hanya saja memang perangkat ajar dalam kurikulum merdeka saat ini berbeda dan butuh penyesuaian. Kurikulum merdeka sangat sesuai dengan pendidikan kesetaraan yang berfokus pada materi esensial agar peserta didik atau warga belajar dapat memiliki waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.