Lihat ke Halaman Asli

Asrul Sani Abu

Author | Entrepreneur | Youtuber

Hujan dan Asa

Diperbarui: 15 Desember 2024   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi Hujan dan Asa

Hujan dan Asa

Hujan, dulu kau lantunkan nyanyian cinta,
Menumbuhkan hijau di tanah yang lupa,
Membasuh debu di kota yang fana,
Membawa pelukan hangat dari langit terbuka.

Namun kini, kau datang dengan wajah berbeda,
Menyisipkan resah di sela-sela derasnya,
Mengalirkan duka di jalan yang tergenang,
Bersama sampah, banjir, dan harapan yang tenggelam.

Oh hujan, sampai kapan kau jadi musuh?
Sampai kapan air mengabarkan keluh?
Adakah tangan yang berani menata?
Membimbingmu kembali ke tempat semestinya?

Di mana para pemimpin, yang katanya bijak,
Mereka yang berjanji di hadapan rakyat,
Adakah aksi, bukan sekadar suara?
Adakah langkah nyata untuk semua?

Hujan, kami rindu senyum dalam tetesmu,
Kami ingin kembali pada damai yang dulu,
Dengan saluran yang teguh dan tangguh,
Agar kau mengalir tenang, tak lagi mengusik waktu.

Bukan salahmu, wahai hujan,
Sebab ini tentang kita, manusia yang lalai,
Namun, masih ada asa, di bawah langit yang basah,
Untuk perubahan yang lahir dari hati penuh kasih dan rasa.

Hujan dan Asa di Makassar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline