Sani dan Pohon Beringin Tua.
Sani adalah seorang anak desa yang penuh rasa ingin tahu. Setiap sore, ia selalu bermain di bawah pohon beringin tua di tengah lapangan desa. Pohon itu menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya. Di bawah rindangnya, Sani sering diajak kakeknya bercerita tentang sejarah bangsa.
Suatu sore, Kakek mengajak Sani untuk duduk di bawah pohon beringin. "Nak, tahukah kamu mengapa pohon ini begitu besar dan kuat?" tanya Kakek memulai cerita.
Sani menggeleng.
"Pohon beringin ini ibarat Pancasila, Nak. Ia tumbuh kokoh karena akarnya yang kuat menancap dalam tanah. Akarnya itu seperti nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara kita," jelas Kakek.
Sani masih belum mengerti sepenuhnya. Kakek melanjutkan, "Pernah ada badai besar yang mencoba menumbangkan pohon beringin ini, Nak. Tapi, pohon ini tetap berdiri tegak karena akarnya yang kuat. Begitu pula dengan Pancasila, pernah ada cobaan yang ingin meruntuhkannya, tapi Pancasila tetap kokoh karena kita semua menjaganya."
Sani terdiam, mencoba memahami. Kakek mengelus rambut Sani, "Hari Kesaktian Pancasila itu adalah peringatan akan kekuatan Pancasila. Kita harus selalu ingat jasa para pahlawan yang telah berjuang mempertahankan Pancasila. Mereka seperti akar pohon beringin yang membuat bangsa kita tetap berdiri tegak."
Sejak saat itu, Sani semakin memahami makna Hari Kesaktian Pancasila. Setiap kali melihat pohon beringin tua, ia teringat akan pesan kakeknya, yang juga merupakan salah satu pejuang bangsa. Sani berjanji akan selalu menjaga nilai-nilai Pancasila dan menjadi generasi penerus yang baik bagi bangsa, sehingga bangsa besar ini menjadi bangsa yang maju, adil dan makmur bagi segenap anak bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H