<!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
Sebuah dongeng tentangmonyet yang lagi tampak bergairah melompat-lompat diatas ranting sambil menikmati lezatnya buah pisang. Monyet melempar buah pisang yang tidak habis dimakannya dan mengambil buah pisang lagi dan begitu seterusanya.
Muncul seekor burung pipit yang langsung mencicipi sisa pisang tersebut. Kata monyet, “ hai pipit. Kau diberikan sayap oleh Tuhan agar bisa berusaha, bukan hanya berharap makanan sisa saya.”.
Pipit menjawab, “dari pada pisang ini mubazir, lebih baik saya makan., Alhamdulillah, walau hanya biasa makan sisa, saya berhasil membangun rumah. Kamu yang pemboros, apa yang telah kamu bangun?”
Monyet merespon balik tanggapan dari pipit “walau saya tidak pernah membangun rumah, tapi saya selalu bersih dibandingkan dengan babi. Sudah dapat makanan ditanah, tapi masi terus menggali-gali tanah. Dasar jorok.”.
Babi yang mendengar ocehan monyet tentunya tersinggung. “Ini ndak benar. saya yang tak tahu urusan malahan dilibat-libatkan “, pikir babi. Babi pun berkata, “kalau bicara jangan asal bunyi, menyinggung begtu. Masih lumayan saya, walau hanya kerja menggali-gali tanah, dari pada anjing, kerjanya hanya mencari-cari bangkai busuk untuk dimakan”. Anjing kaget mendengar dirinya dikatakan seperti itu, dia hanya menjawab dengan nada pelan “ saya memakan bangkai-bangkai busuk karena itu sudah naluri yang Tuhan berikan kepada saya. Saya selalu berusaha memenuhi kebutuhan saya sesuai dengan apa kebolehan yang Tuhan berikan kepada saya. Dari pada manusia diberikan akal oleh Tuhan untuk berfikir, tapi nyatanya planet bumi yang dihuni manusia sejak zaman dahulu kala sampai sekarang kacau balau, bukan disebabkan oleh ulah anjing, tapi ulah manusia. Penjilat ada dimana-mana, pengkhianatan mewarnai kehidupan pergaulan manusia, kebohongan dan kepalsuan ibarat menjadi makanan manusia sehari-hari.” Demikian celoteh anjing dengan sindiran sangat tajam. tetapi manusia jangan tersinggung yah !!!
Cerita diatas menggambarkan tentang kondisi dewasa ini. Monyet mengkritik pipit. Pipit melemparkan kesalahan ke babi. Babi menuding pula anjing. Anjing paling benar dengan melemparkan masalah kepada manusia.Pangkal persoalan ada pada manusia.
Bukan kaum peminta-minta atau masyarakat yang ekonominya dibawa standar yang menyebabakan ambruknya sebuah system pemerintahan, yang menggerogoti masyarakat dan berbagai kegagalan merespon permasalahan-permaslahan yang dihadapi masyarakat, akan tetapi orang yang selalu menjastis dirinya yang benar dan yang lain salah juga bisa dikatakan perusak sistem, apalagi sampai mengaku-ngaku sebagai agent of change dengan menjual harga dirinya dengan VOUCHER 50 untuk dipersembahkan didepan altar penguasa demi memenuhi kebutuhan fisiknya. Ini potret buram yang tak terbantahkan, baik itu dikalangan Aktifis, bahkan sudah merasuk kemana-mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H