Kawasan Asia Tengah dengan titik sentralnya wilayah Negara Uzbekistan (sekarang) merupakan jantung lintasan Jalur Sutera, dan cross-road (persimpangan) penting penghubung Benua Asia dan Eropa yang pernah dilewati bahkan dikuasai oleh berbagai pasukan bersenjata seperti bangsa Turkic, tentara Iskandar Agung, pasukan bangsa Arab, tentara Mongol, Kekaisaran Tsar Rusia dan terakhir menjadi bagian dari Uni Soviet.
Daerah ini juga menjadi sumber lahir dan berkembangnya ilmu pengetahuan serta peradaban dunia, yang saling bertautan dengan pusat beberapa kekuasaan setempat seperti Kesultanan Khorezm (Khiva), kekaisaran Timurid (Samarkand), Emirat Bukhara (Bukhara), Kesultanan Kokand (Kokand), Kekaisaran Tsar Rusia dilanjutkan dengan negara Uni Soviet (Tashkent).
Kota-kota Samarkand yang mendapat julukan "Mutiara dari Timur" di abad ke-14, Bukhara dan Khiva sebagai pusat-pusat kekuasaan besar pada jamannya, bersama Syahrisabz (tempat lahir Amir Temur) telah dinobatkan oleh badan dunia UNESCO sebagai World Heritage Sites. Dengan dipilihnya kota Tashkent sebagai pusat kegiatan administrasi pemerintah Uni Soviet, maka tidak bisa disangkal pentingnya peran Uzbekistan di masa lalu dan sekarang.
Dalam tulisan dengan topik "Uzbekistan: Sumber Peradaban Dunia" ini, saya tampilkan tiga peristiwa sejarah yang sangat fundamental dalam mempengaruhi perkembangan Uzbekistan dan negara-negara di Asia Tengah pada umumnya, berturut-turut adalah peran historis Jalur Sutera, Ilmuwan & Ulama besar abad Pertengahan, dan kedigdayaan Panglima Perang Penakluk Dunia Amir Temur.
Lintasan Utama Jalur Sutera
Silk Roadatau Jalur Sutera yang merupakan lintasan perdagangan antara Asia (Cina) ke Eropa (Roma) dan Timur Tengah sudah mulai terbentuk sejak Dinasti Han (202 SM -- 220 M). Saat itu kekaisaran di China ingin memperdagangkan produk sutera yang melimpah di wilayah kekuasaannya untuk dibarter dengan produk dari daratan Eropa seperti emas, perak, gading wol, obat-obatan, minyak wangi, batu mulia, kaca serta barang-barang dari logam.
Sutera yang diangkut dalam Caravan (kereta) selain merupakan barang komoditi, juga dijadikan sebagai hadiah/upah pasukan keamanan atau kuli angkut, dan bahkan pengganti mata uang dalam transaksi dagang. Makin populernya bahan sutera dengan berbagai macam kegunaannya yang kemudian memunculkan istilah Silk Road (Jalur Sutera) di sepanjang rute perjalanan Caravan pengangkut sutera.
Di abad ke-15, dengan makin berkembangnya pasukan maritim Eropa, perdagangan Caravanjalan darat lintas benua Asia-Eropa tidak lagi menjadi pilihan dan kurang populer. Meskipun demikian peran historis Jalur Sutera secara luas tidaklah hilang, karena selain sebagai lintasan dagang juga sekaligus menjadi tempat bertemunya berbagai budaya, agama, adat-istiadat serta berkembangnya ide-ide besar menuju peradaban modern.
Itulah sebabnya pada tahun 1987 UNESCO (UN Educational, Scientific and Cultural Organization) meresmikan pembentukan suatu proyek yang disebut the Silk Road is a Road of Dialogue.
Sebagai Center of Civilization di Asia Tengah, Uzbekistan yang letaknya diapit oleh 2 (dua) sungai besar Amudarya dan Syrdarya memiliki obyek-obyek wisata bersejarah berupa bangunan-bangunan kuno seperti museum, monumen, madrasah, masjid, benteng pertahanan dan komplek pemakaman.
Dengan adanya kekayaan budaya yang tak ternilai di Uzbekistan, pada tahun 1993 UNWTO (UN World Tourism Organization) melancarkan proyek jangka panjang untuk mempromosikan Silk Road sebagai konsep wisata dunia.