Lihat ke Halaman Asli

Suksesi Kepemimpinan di Uzbekistan

Diperbarui: 26 September 2016   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 1 September adalah hari istimewa bagi bangsa Uzbekistan. Hampir bersamaan dengan negara-negara Asia Tengah lainnya (Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Turkmenistan), Uzbekistan menyatakan merdeka dari Uni Soviet. 

Pada hari kemerdekaan ini seluruh rakyat Uzbekistan yang berjumlah lebih dari 30 juta, terbanyak dibanding empat negara Asia Tengah tetangganya, melupakan sejenak rutinitas kesehariannya – mereka larut dalam kegembiraan dan kemeriahan berbagai even peringatan kemerdekaan negaranya, tidak terkecuali para pemimpinnya dari segala tingkatan. 

Presiden Uzbekistan Islam Karimov tidak pernah absen dalam suka-cita memeriahkan hari kemerdekaan sejak tahun 1991, dengan tampil berpidato dilanjutkan berdansa bersama para penari yang didatangkan dari seluruh penjuru negeri dalam acara Gala Konser di gelanggang terbuka “Alisher Navoi”,Tashkent.

Ketika pemerintah membatalkan Gala Konser sebagai puncak peringatan hari kemerdekaan ke-25 Uzbekistan serta pidato Presiden Islam Karimov dibacakan oleh penyiar TV Uzbekistan, maka timbul berbagai pertanyaan, spekulasi dan beragam rumor mengenai kesehatan sang penguasa tunggal Uzbekistan yang telah memerintah negeri lintasan ‘Silk Road’ selama 27 tahun – dua tahun sebelum merdeka Islam Karimov telah menjadi pemimpin Uzbekistan yang ketika itu masih bernama USSR (Uzbek Soviet Socialist Republic)

Ternyata Presiden Islam Karimov sedang berada dalam kondisi kritis di rumah sakit sejak seminggu terakhir bulan Agustus, dan sehari setelah hari kemerdekaan, pada tanggal 2 September 2016 pemerintah secara resmi mengumumkan kematian Presiden Karimov akibat pendarahan otak. Empat hari sebelumnya, putri keduanya Lola Karimova-Tillyaeva telah terlebih dahulu membocorkan penyakit ayahnya via media sosial.

Ratusan ribu penduduk Tashkent pagi hari tanggal 3 September 2016 berjajar sepanjang jalan yang dilewati mobil jenazah Presiden Islam Karimov menuju bandara serta puluhan ribu pelayat menghadiri sholat jenazah almarhum di bangunan bersejarah Madrasah Tilla Kori di dalam kompleks Registan Square, Samarkand, tempat yang dinobatkan oleh Unesco sebagai World Heritage dan sekaligus menjadi ikon negara Uzbekistan, membuktikan tingginya kecintaan dan rasa hormat rakyat Uzbekistan terhadap pemimpinnya. 

Sejauh ini Islam Karimov memang masih menjadi satu-satunya pemimpin Uzbekistan modern setelah lepas dari pendudukan dan penguasaan asing. Pengagum Islam Karimov bahkan mensejajarkannya dengan Raja dan Panglima Perang Amir Temur (Timur Leng) 14 abad lalu, berjulukan Sang Penakluk yang berkuasa di seluruh wilayah Asia Tengah sampai Asia Barat, Asia Selatan,Turki dan Rusia.  

Peninggalan Islam Karimov

Kecuali Kyrgyzstan, sistem pemerintahan negara-negara di Asia Tengah praktis masih melanjutkan mesin birokrasi Uni Soviet, yaitu pemerintahan terpusat dari seorang figur kuat yang memegang kekuasaan sentral sejak kemerdekaan tahun 1991 sampai sekarang atau baru diganti setelah meninggal. 

Kazakhstan dan Tajikistan saat ini menjadi 2 negara tersisa yang pemimpinnya belum berganti, sementara Turkmenistan, Azerbaijan dan kini Uzbekistan sudah berganti pemimpin karena kematian. Mengikuti tradisi suksesi kepemimpinan era Uni Soviet, pergantian Presiden Turkmenistan Saparmurat Niyazov yang meninggal tahun 2006 dilakukan secara tertutup oleh para elit pemerintahan. Melalui pola serupa, pengganti Presiden Uzbekisan yang baru akan ditetapkan dalam jangka waktu tiga bulan seperti diamanatkan oleh konstitusi.

Siapapun yang bakal terpilih sebagai pemimpin Uzbekistan berikutnya, diperkirakan akan melanjutkan cara kepemimpinan yang dilakukan oleh Islam Karimov. Dengan slogan “Uzbekistan: a future great state”, pemerintah Karimov secara resmi telah mengganti bahasa nasional Rusia menjadi bahasa Uzbek serta ideologi negara atheis diubah menjadi sekuler yang membolehkan Islam sebagai agama mayoritas dipraktekkan kembali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline