Piala Dunia 2022 di Qatar sudah berlangsung hampir sebulan semenjak dimulai pada 20 November 2022. Perhelatan edisi kali ini merupakan pertama kalinya di tanah arab sekaligus kedua setelah edisi Piala Dunia 2002 di jepang dan korea.
Karena perhelatan berlangsung di tanah arab, maka hal yang langsung muncul di pikiran kita adalah budaya yang lebih tertutup. Itu jelas, sebab Qatar juga merupakan salah satu dari sekian negara di Tanah Arab yang tentunya sangat mengutamakan budaya islam lebih dari apapun. Bahkan Piala Dunia 2022 dikecam oleh beberapa kontestan Piala Dunia sebab melarang salah satu budaya barat yaitu LGBT.
Walaupun menimbulkan kontroversi untuk beberapa negara, Piala Dunia Qatar tentu menjadi piala dunia dengan edisi paling unik, sebab di semua stadion perhelatan menyediakan fasilitas berupa tempat ibadah di dalam stadion. Hal ini sempat menarik perhatian beberapa suporter asing, hingga pada akhirnya dalam media sosial sempat trending bahwa piala dunia qatar adalah piala dunia dengan perhelatan paling unik, sebab budaya islam yang juga merupakan budaya arab diterapkan dalam seluruh komponen selama perhelatan berlangsung.
Piala Dunia 2022 di Qatar benar-benar menjadi berkah tak hanya bagi Qatar, namun juga bagi Pengenalan Budaya Islam. Masjid Katara Doha adalah salah satu bukti menariknya piala dunia kali ini. Masjid yang bertempat di ibukota Qatar di doha, menjadi tempat yang mempunyai daya tarik tersendiri untuk satu juta lebih penggemar sepak bola yang datang ke Qatar selama Piala Dunia 2022.
Dilansir dari surat kabar The Peninsula Qatar, masjid katara telah dikunjungi ribuan pengunjung setiap hari untuk mengantre ratusan kegiatan seni, budaya, dan hiburan selama Piala Dunia 2022. Tujuan para pengunjung beragam, mulai dari ingin belajar tentang budaya islam, tentang nilai-nilai kehidupan, bahkan juga ada yang hanya sekedar ingin tahu dan juga berfoto-foto di dalam masjid.
Menurut salah satu relawan masjid, Umm Ahmed mengatakan “Tujuan mempersiapkan tempat ini di dekat masjid adalah untuk memperkenalkan budaya pakaian, makanan dan minuman, kebiasaan dan tradisi Qatar kepada orang asing, dan sebagian besar pertanyaan mereka adalah tentang hubungan sosial keluarga Qatar dan tradisi pernikahan,”
“Pertanyaan sosial mereka kebanyakan tentang kehidupan seorang muslim berdasarkan nilai-nilai Islam, Banyak pengunjung mengakui bahwa pandangan mereka tentang Islam dan muslim dinodai oleh banyak prasangka yang tidak dapat dibenarkan, tetapi berada di Qatar telah membantu mengubah pandangan mereka 180 derajat” lanjut Umm Ahmed.
Dari pembicaraan tersebut, terlihat jelas bahwa adanya Masjid Katara bisa menjadi jembatan antara budaya islam dan pemahaman masyarakat tentang Filosofi dalam Islam itu sebenarnya. Tugas ini-lah yang akhirnya diemban oleh Umm Ahmed dan para sukarelawan di masjid dengan tujuan lain juga agar Islam lebih bisa dikenal selain sebagai Agama, juga sebagai sesuatu yang lebih daripada agama itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H