Korban akibat kena tembak peluru tajam oleh penembak tak dikenal diprovinsi Aceh kebanyakan adalah para pekerja pendatang sesama bangsa Indonesia. Mereka yang kena tembak ada yang luka berat bahkan ada yang tewas.
Hari ini kita baca berita tentang 40 orang tenaga kerja meninggalkan Aceh eksodus keluar dari provinsi itu. tenaga kerja dari luar Aceh masih sangat dibutuhkan untuk membantu berbagai proyek fisik yang ada diprovinsi itu. Apakah di provinsi itu tak tersedia tenaga kerja ? jawabnya: pasti punyalah......... masak ga ada ?
Tapi kenapa pengusaha atau kontraktor masih mendatangkan tenaga kerja dari luar provinsi ?...........menurut seorang kenalan yang punya usaha mengerjakan proyek konstruksi di Aceh yang mempunyai pengalaman mempekerjakan sesama orang Aceh tapi setelah proyek berjalan sebulan hampir semua tenaga kerja sesama Aceh pada mengundurkan diri karena umumnya mengaku tak tahan bekerja dibawah terik matahari.
Proyek berjalan lambat karena mereka banyak istirahat karena perlu minum kopi sambil ngobrol. Dibandingkan dengan tenaga kerja yang direkrut dari luar misalnya dari Lampung (Jawa Lampung) pada umumnya sangat ulet dan bisa bekerja dibawah kondisi panas terik. Proyek bisa selesai tepat waktu.
Para pekerja dari luar provinsi biasanya tinggal bersama pada barak-barak penampungan, masak makanan sendiri dan upah kerja ditabung untuk dikirim ke kampung untuk keluarga dan sisanya untuk membeli sapi atau kambing.
Berdasarkan pengalaman diatas maka penulis mengusulkan agar Pemda Aceh dan pemuka di Aceh sebaiknya memprioritaskan pengembangan etos kerja dikalangan generasi calon pekerja setempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H