Lihat ke Halaman Asli

Somalia Check-point (18), Menantang Duel

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berkunjung ke suatu desa dekat Erigavo kira-kira membutuhkan 4 jam berangkat dan empat jam kembali, kunjungan ini adalah yang kedua kalinya dengan tujuan melakukan koordinasi dan follow up pada suatu kelompok masyarakat yang akan diberikan program bantuan dan imunisasi, hari itu saya cukup bersemangat karena semua lancar dan sudah ada orang yang saya kenal di desa padang pasir itu. Saya sedang asyik makan siang disuatu warung yang menyediakan spagheti ala somalia, sementara makan seorang pemuda mengamati saya dia berpakaian putih-putih, memakai tutup kepala seperti sorban putih yang lebih bersih jika dibanding anggota masyarakat yang sering saya temukan, berbaju putih model ghamis dan juga bercelana panjang putih. Tiba-tiba dia berdiri menghampiri saya dan memberi secarik kertas dengan cara meletakkan kertas itu dimeja, sambil makan saya melirik kertas dan bertanya apakah itu untuk saya ? dia jawab yes, secarik kertas itu ada tulisan tangan dengan tinta biru pada baris paling atas adalah; tulisan kaligrafi alqur'an yang dapat segera saya baca yaitu; Bismillahirrahmanirrahiim..... saya pikir ini surat biasa saja tapi setelah membaca  kalimat berikutnya ternyata  disitu tertulis;

" you have to leave this place in 30 minute after that I will not responsible for your security". Tak ada kata penutup yang mengatas namakan organisasi atau klan pada bagian bawah.

Saya terkejut dan marah setelah membaca tulisan tangan itu, waktu itu pikiran saya adalah harus menghabiskan makanan secepatnya ...ingat pesan orang tua kalau ada tantangan makanan tak boleh ditinggalkan, sambil menghabiskan makanan saya melihat ke orang berpakaian putih-putih itu dia pun menatap saya, dia tak membawa senjata AK seperti milisi tapi saya yakin dia pasti punya pendukung. Saya bertanya lagi untuk meyakinkan apakah surat itu untuk saya ? dia sekali lagi mengangguk dan berkata yes. Saya tak tahu bagaimana dan dari mana rasa amarah dalam diri saya semakin bergejolak............... saya berteriak dan bertanya lagi apakah ancaman itu untuk saya ? sewaktu dia menjawab yes, sayapun berdiri dan mengajak orang itu berkelahi waktu itu ada beberapa orang yang datang berlari kearah saya dan memeluk saya, membujuk agar saya kalem dan nerusaha mengajak  menjauhi tempat itu, saya masih bertahan dan meminta agar kawan disitu mau menjadi saksi atas pertarungan yang akan saya lakukan, perhitungan saya waktu itu adalah; secara fisik badan saya tak beda jauh dari orang itu, tapi anggota LSM yang  menarik saya  mengucapkan Cuma satu kalimat yaitu; do you want to restart the war ? apakah anda ingin memulai perang ? kami sudah berdamai dengan kelompok mereka, kalau anda berkelahi maka kami akan memihak dan membela anda dan Dia (pria berbaju putih) akan dibela juga oleh kelompoknya berarti kita memulai lagi membuat perang............. kata-kata itu seperti tamparan keras kearah muka saya dan sayapun merasa maluuuuuu, kelompok mengajak saya segera berpindah tempat dan menyuruh saya tenang dulu dalam suatu rumah, saya dengar mereka cukup sibuk berdiskusi dalam bahasa setempat, rupanya mereka akan melakukan konsolidasi dan koordinasi untuk mengevakuasai saya keluar dari tempat itu. Sebenarnya yang membuat saya merasa sangat marah adalah; karena saya merasa sudah membantu desa itu, datang dari wilayah jauh melewati padang pasir yang panas, merasa capai dan hasilnya adalah ancaman, setelah menenangkan diri Saya meminta rekan disitu untuk melakukan analysa situasi dan menanyakan kembali kepada kelompok baju putih; mengapa mereka merasa terganggu oleh kedatangan kami.

Setelah berhasil keluar dari wilayah tersebut dua hari kemudian saya mendapat kabar tentang perihal yang menyebabkan kelompok baju putih itu marah yaitu;

1.     Mereka melihat saya memasuki wilayah itu dari arah yang biasanya ditempati oleh musuh klan mereka. Dulu pada kunjungan Pertama kalinya kami masuk dari arah berbeda.

2.     Kami dianggap tidak adil karena membawa bantuan hanya pada kelompok lain, memang benar pada waktu itu di mobil kami ada titipan barang dari suatu NGO berbasis di Inggeris, barang itu minta dibagikan didaerah yang kami lewati.

3.     kami tetap boleh datang lagi tapi harus melalui jalan berbeda.

Dua atau tiga minggu kemudian saya mendatangi lagi wilayah itu dan semuanya berlangsung lancar walaupun pemuda berpakaian putih-putih masih tetap mengawasi secara diam-diam dari jauh. (kejadian antara april-juli 1992)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline