Lihat ke Halaman Asli

Menyikapi Surat Kaleng

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adalah hal yang lumrah jika seseorang yang menduduki jabatan mendapatkan fitnah melalui surat kaleng, istilah surat kaleng ditujukan kepada surat yang dikirim oleh seseorang yang tidak jelas identitasnya atau tidak dikenal atau annonymus singkatnya surat tanpa nama. Tempo dulu surat kaleng biasanya ditujukan kepada atasan langsung dari pejabat yang disasar, kepada team pemeriksa atau pejabat tertinggi atau atasan tidak langsung yang ada di tempat dimana pejabat itu bertugas.

Suatu hari seorang pejabat yang memimpin satu unit di tingkat propinsi dipanggil oleh atasan langsung dengan wajah serius atasan langsung menyuruh rekan saya duduk dan menyuruh ajudannya untuk menutup pintu dari luar dengan pesan siapapun dilarang masuk.

Atasan langsung bertanya: apakah ada masalah di unit yang saudara pimpin ?

Bawahan: biasa-biasa saja Pak, paling masalah absensi kadang ada pegawai yang malas masuk dan  harus saya tegur.

Atasan: Apakah saudara pernah menerima surat seperti ini ?  surat diperlihatkan untuk dibaca, dalam surat itu terbaca bahwa rekan saya itu telah melakukan korupsi yang berhubungan dengan rekening listrik kantor yaitu rekeninglistrik dibayar ganda artinya selain oleh Pemda juga dibayar oleh NGO asing yang juga menggunakan sebagian bangunan kantor. Setelah surat kaleng di baca; atasan menanyakan lagi apakah itu benar ?

Bawahan: itu tidak benar pak, NGO hanya membantu membayar rekening listrik yang tertunggak, jika tidak segera ditalangi maka listrik kita akan di cabut oleh PLN berarti aktifitas kantor terhenti.

Atasan: saya percaya kamu, salinan surat ini harap disimpan dan dirahasiakan

Bawahan : baik dan terima kasih Pak

Sekeluarnya dari ruang pimpinan rekan saya segera menuju kantornya sendiri dan memanggil beberapa orang kepala seksi diapun segera menyuruh dua orang bawahan itu untuk membaca salinan surat kaleng itu setelah itu dia menanyakan kira-kira siapa diantara staf unit yang mengirim surat kaleng, namun kedua orang kepala seksi itu juga tidak tahu, tapi merasa kenal dengan gaya tulisan pada surat kaleng tersebut.

Rekan saya kemudian minta agar surat kaleng itu di gandakan untuk dipajang di papan pengumuman, disetiap ruangan dan sebagian di bagikan kepada staff.

Alhasil beberapa staf kantor mengetahui benar gaya bahasa dan tulisan pada surat kaleng tersebut, jadi orangnya dapat diidentifikasi, orang itu pernah dimarahi oleh rekan saya karena sering tidak masuk kantor alias membolos.

Berhubung ketahuan kalau orang itu membuat surat kaleng diapun menjadi obyek cemoohan dikantor dan kira-kira sebulan kemudian yang bersangkutan minta mengundurkan diri.

Karena yakin bahwa diri kita bersih maka kalau ada surat kaleng yang tidak berdasar maka dilawan saja kata rekan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline