Dengan penuh semangat bu Dokter dan kelompok kecil nya memperlihatkan alat-alat dan tehnik menggunakannya, alat itu terdiri dari cincin besi berlingkaran besar dengan tangkai pegangan yang cukup panjang, cincin besi tersebut berdiameter kurang lebih 40 cm, cincin besi dilengkapi dengan jalinan tali membentuk jala yang berfungsi sebagai perangkap untuk menjerat pasien, pasien yang kebanyakan tidak kooperatif dipastikan tak dapat melarikan diri jika sudahmasuk dalam jerat Bu Dokter.
Alat lain yang diperlihatkan adalah alat suntik kecil yang berjumbai, alat suntik ini diluncurkan melalui pipa plastic berbentuk sumpit dan dapat menyuntik pasien dari jarak jauh.
Selain alat untuk memerangkap pasien, dokter juga dilengkapi dengan perangkat laboratorium sederhana untuk melakukan diagnose cepat penyakit rabies (gila anjing). Yaitu penyakit yang pada umumnya dapat disebarkan oleh Anjing, kucing, monyet dan hewan lainnya.
Bu dokter sebagai dokter hewan bertugas untuk mengatasi penyakit rabies maupun penyakit zoonosis lain di kabupaten tempat beliau bekerja, untuk mengendalikan penyakit rabies maka anjing dan kucing diwilayah parawisata tersebut harus di vaksinasi dan dikendalikan jumlahnya.
Saya sangat terkejut sewaktu mengetahui bahwa sebagian besar petugas veteriner/ kesehatan hewan belum divaksinasi, alasannya adalah Vaksin Anti Rabies terlalu mahal. Padahal petugas kesehatan hewan setiap hari bergelut dengan hewan-hewan yang mungkin saja membawa virus rabies. ini adalah ironi dari program pengendalian penyakit anjing atau gila anjing? mereka yang bertugas menangkap anjing seringkali tergigit oleh anjing liar yang mungkin saja menderita rabies.
Pengadaan vaksin anti rabies selama ini memang dilakukan oleh kementerian kesehatan untuk diberikan pasien yang tergigit oleh anjing atau oleh hewan pembawa rabies lainnya.
Untuk kepentingan bersama alangkah baiknya jika semua petugas kesehatan hewan diberi vaksin oleh petugas kesehatan manusia kerjasama yang baik dapat dimulai oleh niat yang baik. mereka yang terkena penyakit rabies boleh dikatakan 90% mengalami kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H