Seorang kerabat yang baru pulang melaut menceriterakan pengalamannya, dia harus ikut kapal penangkap ikan yang kebanyakan awaknya dari China, kapal itu mempunyai pukat yang sangat kuat hingga dapat mengangkat batu dari laut, untuk menurunkan kembali batu yang terangkat itu harus dipecah-dipecah dulu baru bisa dibuang kembali kelaut, berarti batunya besar dan berat, karena tak dapat diangkat oleh para awak kapal yang berjimlah 12 orang.
Ceritera ini sebenarnya sudah saya dapatkan sebelum airasia jatuh kelaut. Teringat kembali setelah melihat cara kerja kapal yang menarik ekor pesawat air asia. mungkin ada baiknya memikirkan penggunaan kapal pukat dalam mencari sisa jenazah yang kemungkinan masih dapat ditemukan.
Pencarian mayat yang berdasarkan penglihatan dan sonar tentu sangat terbatas demikian pula dengan mata penyelam yang visibilitinya mendekati 0 meter. Penggunaan pukat mungkin lebih efektif karena ditebar saja sepanjang zona pencarian. Jika beberapa kapal pukat menyisir seluruh selat maka probabilitas penemuan akan lebih besar.
Mengingat dasar laut selat karimata yang kebanyakan lumpur maka penggunaan pukat tentu tak berbahaya bagi karang karena karangnya mungkin sudah terendam lumpur juga. Kelemahan pukat mungkin akan sobek jika terkena bagian kapal yang tajam dan berat.
Kerabat saya yang ikut kapal pukat tersebut diatas ingin memperoleh sertifikat pelaut tetapi nampaknya sertifikat pelaut sangat sulit diperoleh di Indonesia, sekalipun sudah lulus kursus kepelautan sertifikatnya baru keluar setelah menunggu selama setengah tahun atau bahkan bisa lebih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H