Lihat ke Halaman Asli

Aku Mulai Menulis Lagi

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14193355881831059226

Aku mulai menulis lagi....

Setelah sekian lama bergelut dengan kerja-kerja praksis yang sungguh menguras energi, aku rindu membaca dan menulis. Di suatu saat yang lalu aku sempat berpikir bahwa aku dapat memberikan kontribusi signifikan melalui kerja-kerja. Mungkin benar. Tapi ada satu titik dimana kerja-kerja pun memerlukan landasan konseptual, bukan sekedar gerak. Bukan sekedar kerja. Aku rindu membaca. Aku rindu mengembarakan gagasan. Maka aku mulai membaca, mulai menulis. Lagi.......

Di dunia yang serba instan ini, bergerak cepat, dimana semua warna kehidupan ditulis dengan pensil modernitas kontemplasi menjadi barang mahal. Sayang rasanya untuk berhenti, karena seakan-akan jika kita berhenti maka kita akan kalah. Tampaknya dunia mall dan mata uang mendorong orang untuk selalu bergerak, bergerak dan bergerak. Hingga sampai pada titik tidak tahu lagi untuk apa kita bergerak, bekerja.

Maka, menyingkir sejenak di sudut meja ini ditemani segelas teh leci menjadi pilihan untuk kabur dari kepenatan. Bercumbu dengan gagasan kemudian menuangkannya dalam tuts-tuts keyboard sehingga mengalir menjadi sebuah untaian kata-kata. Yang mungkin juga tidak perlu punya makna. Hanya sebuah kontemplasi untuk menuangkan kepenatan yang ada di kepala.

Menulis, menjadi sebuah terapi untuk memuntahkan rasa. Kesal, lelah, bosan. Aku merasa hanya dengan menulis aku dapat menjadi riang kembali. Menuliskan apa yang ada di hatiku tentang hal-hal yang mengganggu hatiku. Aku tidak memilih nyanyi-nyanyi di karaoke. Aku tidak memilih ajojing clubbing. Aku juga tidak memilih gym untuk mengolah ragaku. Aku hanya ingin sebentar menepi di pojok meja ini dan menulis. Dengan begini aku sudah cukup bahagia.

Teh leciku sudah tinggal seperempat lagi. Orang-orang memegang gadget masih banyak berseliweran di hadapanku. Semua memegang smartphone, karena hari ini hampir semua manusia urban didikte oleh smartphone di tangan kita masing-masing. Termasuk aku. Rasanya dunia runtuh kalau barang itu sampai ketinggalan. Smartphone, tentu saja adalah anak kandung dari modernitas dunia industri dan teknologi. Yang mengatur jadwal-jadwal, panggilan-panggilan. Seperti saat ini, panggilan telpon yang memanggil aku untuk cepat pulang. Jam 7 malam, anak-anakku menunggu dirumah...........

14193355881831059226




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline