Lihat ke Halaman Asli

Asril Adam

Sahabat kopi

Puisi | Kritik Diri

Diperbarui: 25 April 2020   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

id.gofreedownload.net

Berdiri di garis depan membungkuk pada penguasa
Hidup dalam ruang nalar lalu tidur saat menakar
Bicara soal setara tapi hobinya diinjak atau menginjak
Inilah aku yang membungkuk
Yang penuh dengan kebohongan
Yang berperan sebagai pejuang
Tetapi hanya untuk sesaat
Di sinilah aku tidur
Yang penuh dengan kebodohan
Yang tak pernah nyata dalam berkata
Namun menyimpan rasa bangga
Beginilah aku dengan segala perilaku
Yang penuh dengan kebobrokan
Yang selalu berbicara lantang
Hanya demi eksistensi dan kepentingan

Kini kau telah tahu segalanya tentang diriku
Tak perlu lagi kau menjadi diriku
Penghianatan lah yang selalu kulakukan
Mungkin pernah kau lihat diri ini berjuang sebagai pejuang, namun itu hanyalah tipu belaka.
Aku tidak seberani itu
Aku takut kepada dosen yang mengancamku dengan nilai eror jika tidak membayar harga buku.
Mungkin juga kau berpikir bahwa aku selalu belajar, berdiskusi dan berkarya. Itu semua bohong.
Hari-hari kuhabiskan di depan telepon genggam, sosial media, bermain game, berbagi suka dan cinta yang tak punya rasa.
Atau mungkin kau menginginkan aku mengajarimu tentang keadilan, karena tulusanku yang berwujud keadilan. Ku katakan padamu, tulisan itu tak kupahami artinya, tulisan itu kusalin lalu kupetik pujian atasnya.

Inilah aku sang pemuda
Yang punya banyak mimpi tapi tak tahu cara mewujudkannya
Tak perlu lagi kau menatap diri ini, sebab diri ini telah mati.
Suri atau selamanya.

Kendari, 25 April 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline