Tanpa sadar kata yang tepat bagi orang yang bersikap marah berlebihan, ini sebenarnya di luar kendali diri dan lepas dari hati nurani. Kondisi ini sebaiknya dihindari, karena akan merugikan diri sendiri maupun orang disekitar. Dilihat dari sisi agama kondisi ini peluang bagi iblis untuk mengacaukan kehidupan seseorang seberat-beratnya. Disaat sadar apalah daya keadaan yang sudah terjadi semakin ruwet, akhirnya logika akan terbuang jauh. Usaha untuk menormalkan keadaan sangatlah sulit, apabila tak mampu maka ditempuhlah jalan marah. Memang dengan marah keadaan terlihat baik atau normal, tapi tidak akan bertahan lama dan cenderung menimbulkan masalah baru yang terus menumpuk. terus...teruussss layaknya tukang parkir mobil yang lengah memamandu, tak sadar mobil tersebut menabrak tembok. Kembali kepada keadaan seseorang, tumpukan masalah terus bertambah hingga menggunung, suatu saat gunung masalah itu akan meledak dan tak bisa dibendung. Apabila tidak kuat, bisa kita lihat banyak orang depresi, bunuh diri, diam sepanjang hari bingung mau berpikir apa, melampiaskan keadaan dengan meminum obat penenang, sapai narkoba.. Huh! kasiaan...! Layaknya pendekar dengan tameng dan senjatanya untuk melawan musuh di medan perang adalah modal untuk bertahan. Dari pengibaratan tersebut seseorang dapat mengaplikasikan dikeseharian, tamenga dan senjata dapat berwujud kesebaran dan ikhlas melakukan sesuatu. Apabila itu diterapkan sungguh-sungguh sudah dipastikan kemenangan disetiap waktu pasti akan diraih. Kunci ini dipegang erat untuk selalu membuka pintu-pintu kehidupan yang indah dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H