Lihat ke Halaman Asli

Asrifah Suherman

Mahasiswa - UIN Raden Mas Said Surakarta

Majukan UMKM: BVL Sebagai Alat Analisis Peningkatan Kinerja

Diperbarui: 12 Desember 2024   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Seberapa sering kalian menjumpai pedagang di pinggir jalan atau warung dan toko kelontong? Usaha bisnis tersebut sering dijuluki sebagai UMKM. UMKM atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan suatu usaha produktif yang berdiri secara independen dan dimiliki baik secara individu (perorangan) maupun secara berkelompok. Di Indonesia, UMKM sangat mudah dijumpai. Data yang dipublikasikan oleh kemenkeu RI tahun 2023, menyatakan bahwa pada tahun 2019 UMKM yang berkembang di Indonesia mencapai lebih dari 60 juta. UMKM tersebut mampu menyumbang pendapatan negara (PDB) lebih dari 60%. Selain itu, UMKM di Indonesia juga mampu menyerap lebih dari 120 ribu tenaga kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan UMKM sangat membantu perkembangan ekonomi Indonesia.

Dalam memajukan UMKM, peran pemerintah sangatlah penting. Terdapat berbagai program pemerintahan yang sudah lama disediakan untuk para pemilik UMKM. Diantaranya yaitu Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro (BPUM), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program sertifikasi Halal dan Standar Nasional Indonesia (SNI), Pelatihan dan Pengembangan UMKM oleh Kementerian Koperasi dan UMKM, serta masih banyak lagi. Meskipun telah banyak program dan dukungan dari pemerintah, pelaku UMKM tetap saja merasakan adanya persaingan yang ketat antar sesama UMKM. Pelaku UMKM dituntut untuk mampu meningkatkan kinerja perusahaannya agar tetap bisa tumbuh dan berkembang di tengah berbagai persaingan dan juga di tengah ketidakpastian ekonomi negara. Salah satu alat analisis yang dapat membantu peningkatan kinerja perusahaan adalah analisis Biaya Volume Laba (BVL).

Namun, tahukan kalian apa itu analisis BVL? Analisis biaya-volume-laba (analisis BVL) atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan Cost-volume-profit analysis (CVP analysis) adalah sebuah alat yang berguna untuk merencanakan dan membuat suatu keputusan. Analisis BVL sangat membantu UMKM dalam menentukan berbagai keputusan, pengambilan keputusan yang tepat dan strategis tentu saja dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Analisis ini memperhitungkan hubungan antara biaya, volume atau total penjualan, dan harga jual produk. Analisis BVL dapat digunakan dalam perhitungan penentuan titik impas produksi, analisis sensitivitas berbagai tingkat harga jual atau biaya terhadap laba yang akan didapat, dan msih banyak lagi.

Analisis BVL dapat diterapkan pada UMKM yang baru saja didirikan, yaitu dengan cara memanfaatkannya sebagai alat perhitungan nilai titik impas atau biasa disebut dengan break event point (BEP). BEP adalah keadaan yang menunjukkan bahwa pendapatan penjualan sama dengan total biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan. Dengan mengetahui perhitungan BEP, UMKM yang baru saja berdiri menjadi paham berapa jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaannya tidak mengalami kerugian namun juga belum bisa mendapatkan laba atau keuntungan.

Analisis BVL tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh UMKM yang baru saja didirikan melainkan juga UMKM yang telah lama berdiri. Perusahaan yang telah lama berdiri dapat menghitung sensivitas perubahan harga jual terhadap laba yang akan diterimanya. Hasil data survei yang memuat harga jual beserta produk yang terjual dalam beberapa periode yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Penggambaran grafik tersebut bermanfaat bagi owner UMKM untuk menentukan harga jual produknya agar dapat mendapatkan laba maksimal.

Untuk mempermudah pemahaman, ada contoh penerapan analisis BVL pada salah satu UMKM di Solo nihh, tepatnya yaitu Pabrik Brem Solo yang beralamat di Kadipiro, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Pabrik ini memproduksi brem khas solo dengan merk ‘HP Brem Solo’. Pabrik Brem Solo merupakan UMKM yang sudah lama berdiri, diperkirakan sejak tahun 1950-an dan telah menjadi usaha keluarga turun temurun. Wawancara yang dilakukan dengan owner yaitu bapak Hary Suranto menunjukkan data bahwa dalam satu bulan Pabrik Brem Solo mampu memproduksi sebanyak 3.467 bungkus dan semuanya mampu terdistribusikan dalam waktu satu bulan juga atau dapat dikatakan bahwa produksi Pabrik Brem Solo dapat menjual seluruh produk yang diproduksinya. Namun yang menjadi perhatian khusus adalah belum adanya pemasaran yang memadai untuk memperkenalkan produk HP Brem Solo ke pangsa pasar yang lebih luas lagi.

Pabrik Brem Solo sebenarnya sudah melakukan pemasaran mengunakan Instagram yang dikelola secara mandiri oleh owner, namun pemasaran yang dilakukan masih sangat terbatas. Menurut saya, pemasaran dapat ditingkatkan sehingga jangkauan pasar dan konsumen lebih luas. Pabrik Brem Solo bisa menggunakan jasa pemasaran dan admin freelance untuk memegang akun sosmed untuk meningkatkan pemasarannya. Namun tentu saja biaya merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Berbagai pertanyaan seperti apakah keuntungan yang didapat akan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, apakah pabrik akan mengalami kerugian yang cukup besar apabila jangkauan pemasaran tidak sesuai dengan harapan, dapat dianalisis menggunakan analisis BVL ini.

Masih banyak lagi hal yang bisa diputuskan menggunakan analisis BVL ini, seperti perhitungan jumlah produk yang harus dijual agar target laba yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat tercapai dan juga perhitungan dampak penurunan biaya tetap terhadap titik impas dan perhitungan dampak kenaikan harga jual terhadap laba. Yang perlu digaris bawahi dari analisis BVL adalah perhitungan yang cukup mudah untuk dilakukan secara mandiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline