Sebelum masuk kedalam pembahasan, kita membahas mengenai ilmu filsafat. Ilmu filsafat sangatlah luas dan beragam, salah satu aliran filsafat adalah pragmatisme.
Pragmatisme berasal dari kata bahasa yunani yaitu pragma yang berarti tindakan, perbuatan. Aliran pragmatisme adalah aliran yang bersedia menerima segala hal, asalkan hal tersebut berakibat baik atau berguna. Pada proses pendidikan, pragmatisme bertujuan memberikan pengalaman empiris kepada pelajar sehingga terbentuk suatu pribadi yang belajar dan berbuat (learning by doing).
Dalam pandangan filsafat pragmatisme, pelajar memiliki akal dan kecerdasan, artinya pelajar secara naluriah dan amaliah memiliki kecenderungan untuk terus berkreatif dan dinamis dalam perkembangan zaman.
Maka dalam pembelajarannya, pendidikan pragmatisme selalu menekankan pada pengalaman hidup dan cara menghadapi masalah dimanapun peserta didik itu tinggal, agar nantinya para pelajar dapat berfikir kritis dan berhasil beradaptasi dengan perubahan-perubahan kehidupan dunia. Seperti penelitian yang akan dilakukan dengan mengangkat judul "Pengungkapan pengalaman traumatis korban tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Jimur".
Seperti yang kita ketahui tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada tanggal 01 oktober 2022 dimana saat ini sedang berlangsung pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Hasil pertandingan ini mendapatkan skor 2 untuk Arema FC dan skor 3 untuk Persebaya Surabaya. Selanjutnya menurut pemaparan Irjen Nico Afinta yang saat itu menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur menjelaskan kronologi tragedi Stadion Kanjuruhan Malang ketika melakukan konferensi pers di Polres Malang pada hari Rabu, 02 Oktober 2022. Para pendukung Arema FC yang tidak terima dengan kekalahan tim yang didukungnya merangsek ke dalam lapangan. Akan tetapi ada satu sisi pemberitaan yang disalurkan dari mulut ke mulut yang mengatakan supporter Arema masuk kedalam lapangan bukan untuk melakukan penyerangan, akan tetapi supporter masuk kedalam lapangan untuk memberikan dukungan kepada tim Arema yang telah kalah dalam pertandingan yang ternyata salah diartikan oleh petugas kepolisian. Akan tetapi fakta ini belum jelas adanya serta sedang disuaranya oleh supporter Arema.
Petugas kepolisan yang memahami aksi supporter tersebut akan membahayakan pemain dan yang lainnya karena jumlah penonton yang terlalu banyak hingga petugas kepolosian kewalahan menangani mereka memutuskan untuk menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para supporter. Karena lemparan gas air mata yang dilemparkan kearah tribun penonton membuat banyak penonton mengalami kepanikan akibat dari efek gas air mata tersebut. Penonton banyak yang merasa sesak nafas, mata perih dan mengalami serangan panik.
Banyaknya para supporter yang ingin menghindari efek gas air mata menyebabkan kondisi tribun tidak kondusif. Para supporter berusaha untuk keluar dari pintu 3, 10, 11, 12 dan 14 dan dalam waktu 5 menit pintu stadion dibuka namun tidak sepenuhnya hanya berukuran sekitar 1,5 meter. Ditambah, dengan adanya tegakan besi melintang setinggi 5 sentimeter yang dapat mengakibatkan suporter menjadi terhambat saat melewati pintu tersebut. Para supporter yang berusaha untuk keluar dari tribun untuk menyelamatkan nyawa mereka mengakibatkan supporter yang lemah langsung jatuh terinjak-injak hingga mengalami patah tulang serta mengalami sesak nafas dan kehilangan oksigen ditambah proses evakuasi yang berjalan cukup lama hampir sekitar satu jam menyebabkan korban yang sudah lemah tidak dapat mempertahankan diri dan meninggal dunia dan korban yang berhasil selamat mengalami trauma akan kejadian yang terjadi malam itu.
Berdasarkan kronologi diatas, digambarkan bahwa supporter yang berhasil selamat mengalami trauma mendalam, oleh karena itu kita perlu mendalami gambaran trauma yang dialami korban seperti apa. Nahhhh sekarang sebelum masuk dalam penjelasan mengenai gambaran pengalaman trauma korban tragedi Kanjuruhan, lebih baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu trauma.
Trauma menurut KBBI berarti keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani. Trauma muncul atau terjadi dalam diri seseorang karena pernah mengalami sebuah peristiwa trumatis yang membuat jiwanya tergoncang disertai dengan sulitnya menerima kejadian buruk tersebut menjadi bagian dari hidupnya.
Menurut Caruth (2016) juga mengemukakan bahwa trauma merupakan rekaman ingatan di masa lampau yang berisikan peristiwa traumatis yang membentuk memori yang bersifat kompleks dan cara kedatangannya yang tiba-tiba menjadikan suatu rangkaian peristiwa tersebut belum bisa dan sulit diterima sepenuhnya menjadi pengalaman hidup.