Lihat ke Halaman Asli

ASRA TILLAH

Saya adalah Koordinator Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah SulSel. dan direktur lembaga riset Profetik Institute

Kota Makassar, Banjir, dan Hasrat Kita

Diperbarui: 25 Desember 2024   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kalau kita membaca sejarah, beribu tahun lalu peradaban-peradaban besar bermula di sekitar sungai besar, peradaban monumental lahir salah satunya karena kemampuan orang-orang saat itu mengendalikan luapan air sungai, yang lalu kita namai banjir. Apa yang kita maksud dengan bajir?  jika kita menggunakan perspektif hidrologi, banjir adalah fenomena meluapnya air dari sungai. Banjir adalah sesuatu yang natural, tatkala guyuran hujan dari langit tak mampu lagi ditampung oleh volume sungai, maka air sungai akan meluap ke sekitar badan sungai.

Di satu sisi banjir adalah berkah, karena akan menciptakan kawasan subur di dataran banjir (floodplain), lebih banyak humus di sana, mikroirganisme tanah berkembang biak dan vegetasi tumbuh subur karena berkelimpahan aakan zat hara. Namun di sisi lain banjir bisa menjadi bencana bagi sejumlah orang yang bermukim di sekitar sungai. Artinya banjir merupakan sesuatu yang ambivalen, anugerah dan bencana sekaligus. Situasi ambivalen inilah yang menjadi salah satu tantangan historis bagi manusia dalam merintis peradaban, menari di antara anugerah dan bencana, antara chaos dan tatanan, antara kesuburan dan bahaya.

Dalam beberapa hari terakhir, saya sering beriteraksi dengan dosen-dosen teknik Sipil UNHAS, membincang banjir yang telah menjadi langganan tahunan di Kota Makassar. Sebenarnya saya sendiri  yang berlatar belakang teknik Geologi, punya sedikit gambaran mengenai penyebab banjir di Kota Makassar. Bahwa banjir terjadi pada sebuah kawasan jika sebagian besar air hujan saat tiba di permukaan tanah, meluncur sebagai air permukaan (run off). Air hujan tak lagi terfasilitasi untuk melakukan infiltrasi (peresapan) ke dalam tanah dan mengisi kantong-kantong air tanah (ground water). 

Teman-teman sipil ke-airan biasa menyebutkan bahwa koefisien air tanah (run off) Kota makassar telah mengalami peningkatan secara signifikan dari tahun ke tahun, seturut dengan tumbuh kembangnya Kota Makassar. 20-15 tahun yang lalu koefisien run off, hanya berada dikisaran 0,40-0,45 artinya 55-60 persen air hujan yang turun meresap ke dalam tanah dan me re-charge lapiasan air tanah (acquifer), dan 40-45 persen air hujan yang menjadi air permukaan dan mengisi selokan, got, kanal dan sungai-sungai yang ada di Kota Makassar.

Seturut waktu, hasrat kita untuk membangun kota semakin tak terbendung, dan semakin membesar beriringan dengan bertambahnya kas daerah, serta investasi yang datang. Kita tak merasa sabar merubah semua permukaan tanah menjadi aspal, beton, paving block, semen dan semacamnya. Begitu pula dengan vegetasi yang ada di ruang-ruang terbuka hijau, kita anggap sebagai sesuatu yang kampungan dan mesti diganti dengan bangunan-bangunan beton. Dalam imaji kita sebagai manusia kota, beton adalah simbol kemajuan.

Lalu apa yang terjadi ? koefisien run off  Kota Makassar meningkat drastis dari kisaran o,4-0,45 menjadi sekitar 0,7. Artinya dari air hujan yang jatuh hanya 30 persen yang meresap ke dalam tanah, lalu 70 persennya menjadi air permukaan. Lalu drainase, got, kanal dan sungai, bahkan kolam regulator yang kita buat tidak bisa menampung semuanya, lalu datanglah banjir dan genangan. Lalu apa yang salah ? atau barangkali siapa yang salah ?

Saya pikir agak sulit kita menunjuk batang hidung penyebab tunggal banjir dan genangan di Kota Makassar. Penyebabnya mulai dari formulasi kebijakan yang belum tegas, belum adanya masterplan penanganan banjir di Kota Makassar, implementasi regulasi yang tidak efektif, hingga persoalan teknis yang begitu banyak (sedimentasi drainase, menumpuknya sampah plastik, konektivitas dan dimensi drainase yang tidak memadai, hingga perubahan iklim global).

Namun dari segala persoalan kebijakan dan teknis di atas, kita mesti menyadari bahwa beradab tidaknya, bahkan maju tidaknya Kota Makassar, tergantung dari model respon yang diberikan terhadap meluapnya dua sungai utama yang membelah Kota Makassar, yakni Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang. Bagi kita (warga Kota Makassar), kedua sungai ini menjadi sumber berkah (salah satunya karena sebagai sumber bahan baku air bersih yang akan di distribusi lebih lanjut oleh PDAM), namun di sisi lain ada potensi bencana jika kedua sungai tersebut gagal menampung guyuran air hujan dengan intensitas tinggi.

Selama ini kita disibukkan mendesain manajemen pengelolaan banjir di Kota Makassar, tapi menurut saya itu juga mesti dibarengi dengan penegelolaan birahi kita akan pembangunan. Birahi dan obsesi kita akan kemajuan, akan lahan yang higienis dari semak dan pepohonan, berujung bencana dalam waktu jangka panjang. Tak salah kiranya jika Freud jauh hari mengatakan bahwa eros (birahi) begitu dekat dengan thatanos (bencana dan kematian). Birahi kita yang tak terkendali akan pusat-pusat perbelanjaan, bisnis tanah kapling dan perumahan, kawasan industri, hingga pola konsumsi kita yang semakin rakus dan menambah volume sampah plastik, akan merepotkan kita di masa mendatang.

Birahi tersebut mesti disublimasi dalam bentuk yang lain, yakni dalam bentuk perencanaan pembangunan dan tata ruang kota yang berkelanjutan. Disertai eksekusi perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesabaran dan perhitungan. 

Sebagaimana seorang pelukis yang mencoba mensublimasi hasrat atau birahinya dalam bentuk coretan menawan di atas kanvas, para pemimpin kota (dan pihak yang berkepentingan) mesti mensublimasi hasratnya dalam bentuk perencanaan yang apik. Namun dalam hal lukis-melukis sebuah kanvas bisa mewakili hasrat seorang pelukis. Namun dalam hal perencanaan kota, sebuah kanvas (itupun tak lagi kosong, namun sudah penuh dengan coretan-coretan sebelumnya) ribuan bahkan jutaan hasrat yang coba ditampungnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline