Bila dipertanyakan masjid atau surau mana yang jadi favorit, mungkin sahabat pernah membaca tulisanku tentang Berjalan Kaki ke Surau Bercerita tentang perjalanan kami ke surau dengan jalan kaki, padahal surau itu sangat jauh dari rumah. Namun tidak menghalangi untuk tetap beribadah.
Setiap pulang ke Curup masa liburan kuliah atau Ramadhan. Aku akan menemani mama untuk pergi salat subuh di masjid Al-Jihad, dari rumah kita cukup jalan kaki tak perlu menggunakan kendaraan walau kalau diukur sekarang lumayan jauh. Malam kita salat tarawih di surau Pertadas , subuh kita akan salat subuh di Masjid ini.
Bisa dibayangkan semua kita tempuh dengan jalan kaki, bolak balik setiap hari, lelah pastinya namun kita merasakan sebuah kebahagiaan yang tak mampu kita ukur dengan apa pun.
Apa lagi sejak papa tak bisa berjalan jauh atau bersepeda lagi, kita lebih rutin salat berjamaah di rumah, terkadang rindu juga pergi tarawih ke surau. Namun salat subuh saja yang masih sering di lakukan itu pun seizin papa.
Masjid Al Jihad, dulunya adalah masjid yang terbagus di Curup pada masanya. Namun sekarang sudah tersingkir keindahannya dengan masjid lain yang lebih megah.
Sepengetahuanku waktu itu ada dua masjid yang satu punya NU satu lagi Muhammadiyah yaitu Masjid Al-Jihad, dan karena kita Muhammadiyah, di sanalah kita salat, dan aktivitas mengaji sedari kecil.
Di masa kecil dan remajaku dihabiskan di masjid ini, masjid yang penuh sejarah kehidupanku, terlebih saat menemani mama untuk salat di masjid ini. Selain mendengar kajian subuh di masjid.
Di sepanjang jalan menuju masjid pun selalu mendapat kajian dari mama, berupa nasehat nasehat yang mungkin waktu itu di bilang terlalu banyak mengatur dan bisa dibilang bawel.
Namun setelah beranjak dewasa, aku mulai memahami, pentingnya sebuah nasehat dan kerasnya orang tua untuk belajar mengaji di Masjid, di samping kita bisa mengaji, kita pun punya sosialisasi dengan orang banyak, beraneka ragam sifat dan karakter.
Bila ditanya apa yang aku kenang hingga detik ini adalah kebersamaan bersama mama yang tak pernah aku sia siakan. Kata orang beribu foto bersama orang tua tak mampu menggambarkan dan menggantikan saat kita bisa menemaninya ke mana saja terlebih ke masjid.
Bahkan hingga aku menikah, aku tetap setia menemani mama untuk salat di masjid bersama suami, tak ada yang berubah, kajian sepanjang jalan menuju masjid tetap ada walaupun aku telah menikah. Yang jelas masih membekas saat mama bilang,
"Nak hidup bersuami istri itu tak muda ada pasang dan surutnya, gelombang kehidupan itu terkadang besar terkadang menghilang, namun hanya satu untuk menjalani kehidupan itu, lebih baik memahami dari pada minta untuk dipahami, "
"Jika kamu minta dipahami, bagaimana orang akan memahami kamu jika kamu tak memahami orang lain, begitulah sebaliknya."
Dua tahun yang lalu aku pulang, namun masjid itu tak seperti di jaman kecilku, dulu masjid itu paling rami disinggahi karena posisinya berada di pusat kota. Memasuki ruang demi ruang yang kini sudah banyak berubah. Berada di sini ada kebahagiaan sendiri, apa lagi saat merasakan salat persis di tempat yang sering aku dan mama duduk.
Kenangan yang mampu meneteskan air mata, karena mama telah tiada lagi dan aku pun sendiri sekarang sudah jarang pulang ke Curup. Sekali kali jika rasa rindu menggebu untuk ziarah ke makam papa.
Kenangan yang melekat itu, kuliner di dekat masjid Al-Jihad yaitu pempek panggang. Tidak ada yang menandingi pempek panggang Curup yang tepatnya dekat dengan masjid Al-Jihad.
Sepulang belajar mengaji, atau tarawih kita selalu menyempatkan diri untuk membeli. Entah sudah turunan ke berapa sekarang yang jualan walau tak seenak dahulu namun kudu wajib mampir untuk makan di sana.
Mengenang sejenak di saat menemani mama, pasti lihat siapa yang ceramah subuh, ada salah satu sahabat kecilku yang sekolah di Pesantren Padang Panjang, kalau memasuki Ramadhan pasti pulang dan mengisi ceramah di setiap masjid atau surau dan sempat aktif mengajar anak anak mengaji di masjid itu.
Namun sayangnya waktu itu aku tak terlalu berminat mengikuti remaja masjid, karena kegiatan di luar sekolah telah padat, bila di tanya siapa sahabatmu yang berada di dekat masjid itu, pasti aku menggelengkan kepala karena aku termasuk orang yang tak terlalu bergaul. Datang ke masjid semata belajar mengaji dan setelah itu pulang.
Bercerita tentang masjid, menambah kerinduanku akan kota kelahiran, sahabat sahabatku semasa SMP dan SMA. Semoga masjid Al-jihad tetap berdiri kokoh tak tergerus oleh jaman. Semoga di beri kesempatan untuk melihat kembali dan salat di sana.
Palembang, 30042021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H