Membayangkan kisah masa lalu emang menggugah hati, ketika semua di lakoni dan mampu membuat kita tersenyum senyum.
Bicara yang asal jablak yang akhirnya menjadi karma diri.
"Nggak mungkinlah aku bisa jatuh cinta sama dia, dia sahabat dan akan tetap menjadi sahabat sampai kapan pun," kataku sedikit tegas pada Ani.
"Cinta itu tak kenal siapa yang mau di cintai, mau dia sahabat, teman atau apalah. Cinta ya tetap cinta." Kata Ani sembari keluar kelas.
Masa bodoh, kataku dalam hati.
Namun berjalannya waktu, saya merasakan keanehan tapi apa ya? Kenapa dia ada di pelupuk mata! Benarkah apa yang dikatakan Ani? Ah... Tak percaya dengan semua ini.
Semakin hari semakin terasa keanehan, melihat dia ngobrol dengan teman wanita, kok aku bisa cemburu! Kok aku sewot! Jangan jangan. Ah tak mungkin.
Semakin hari semakin tak menentu, duh gusti, inikah tanda tanda bahwa aku pun mulai menyukai dan mencintainya.
Benarkah cinta tak mengenal waktu, tempat, dan siapa. Haruskah aku jatuh cinta dengan sahabatku sendiri. Sahabat yang selalu ada untukku baik dikala duka maupun suka.
Apa kata dunia, aku yang selalu menjaga ikatan persahabatan tiba tiba jatuh cinta dengan sahabat sendiri. Sahabat yang tahu baik dan buruknya diri.