Andai kau tahu bagaimana aku menahan segala rasa yang pernah kau tanam di hatiku, bagaimana aku harus membohongi kata hatiku hanya karena ketidak hadiran mu.
Aku ingin sampaikan, aku bosan kau permainkan dengan kata katamu. Kalau kau rindu kenapa tidak kau katakan, kenapa tidak kau ceritakan di halamanku.
Berhentilah, aku lelah, aku tidak sanggup kembali menelusuri perjalanan dahulu karena tiada kejelasan .
Hari ini kau bilang begitu, esok kau bilang beda lagi, walau ku tahu intinya satu. Tetap pada janjimu tapi tak pernah terpenuhi.
Kau selalu menantang dengan kalimat kalimat yang menusuk, aku tidak tergila gila mungkin kau yang tergila gila.
Kenapa kita selalu mengingat setiap kejadian yang pernah kita lakoni, walau berulang kali kita terpisah, ombak akan kembali ke bibir pantai begitu pula dengan yang kita rasakan walau hanya sekedar mampir dan pergi lagi.
Cinta yang kita simpan, sayang yang kita ucapkan tetap abadi karena cinta kita bukan berdasarkan nafsu, cinta kita karena hati. Hati yang terus kita jaga walau kita tahu tak mungkin akan bersatu.
Kita hanya berani bermain dalam kata, mengolah pikiran dan hati, menganggap ada walau kita tahu tak ada. Bahkan seakan akan kita melakoni satu kejadian, sehingga jika orang tahu mereka akan mengartikan beda.
Dari setiap perpisahan dan bertemu pasti di bilangan yang ganjil, tahukah artinya. Naluri berkata kita tidak akan bersatu dalam kehidupan itu ada timbal balik, sebab dan akibat.
Mana ada bilangan yang ganjil bisa dibagi dengan bilangan genap, pasti akan tersisa sedangkan Allah tidak mengizinkan kita menyisakan apa yang kita suka.
Kita sama sama memuji dengan kalimat sempurna pada hal kita tahu kesempurnaan hanya milik_Nya. Dia hanya menyatukan dua hati yang penuh kekurangan agar bisa saling melengkapi.