Lihat ke Halaman Asli

asni asueb

Mencoba kembali di dunia menulis

Ketika Lelah Teramat dalam Perjalanan

Diperbarui: 28 November 2020   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: anitamartini.blogspot.com

Episode 

Jingga, kau mengantarkan aku pada malam, dimana cerita terus bergulir dari perih hingga bahagia. Bahkan tapak yang terluka terlupakan

Aku menjalani tanpa rasa bahkan terasa hambar karena papa bilang

         "  Kehidupan itu di jalani bukan direnungkan apa lagi ditangisi."

          " Jika ingin menangis, menangis di sepertiga malam. Ceritakan padaNya,"

Aku tak pungkiri terkadang di sepertiga malam air mata ini tumpah di sajadah dan mukena. Sesal, amarah, sedih bahkan kebencian. Ketika fitnah menjatuhkan tubuh pada kotoran manusia. Tangan, kaki dan tubuh ini saksi bisu perjalanan rohani. 

Bagaimana aku bisa berlaku kejam di tanah_Mu, sedang itu rumah suci_Mu. Tangan ini yang mendorong kursi rodanya  untuk tawaf, tangan ini pula yang membawa kursi roda ke barisan depan untuk melempar jumroh.

Tangan ini yang memberi makan, tangan ini pula yang membasuh tubuhnya. Mengorbankan waktu Dhuha  di pelataran_Mu  hanya ingin memberi makan di pagi hari. Kenapa pengorbananku tak pernah di anggap.

Bahkan fitnah di lontarkan. Aku tahu Engkau tidak tidur, Engkau tahu apa yang aku lakukan bakti menantu terhadap mertuanya. 

Ketika lelahku tak dapat aku tahan lagi, seorang ustad berkata ( kebetulan ustad itu melihat bagaimana aku memperlakukannya)

      "Bunda, ketika upaya bunda untuk tetap  menjadi menantu yang perduli akan mertua, dan yang tidak pernah dia anggap, waktu dua puluh tahun bukanlah waktu yang sebentar. Sekarang lupakan lelah ini yang terpenting cari keridhoan suami dan anak anak itu sudah cukup,"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline