Lihat ke Halaman Asli

asni asueb

Mencoba kembali di dunia menulis

Ceritaku tentang Mereka

Diperbarui: 22 Oktober 2020   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi.

Mereka Bukan Orang Tua dan Saudara

Mengenang cerita lalu ada terbersit rasa bersalah, bahkan sempat membenci pada satu keputusan yang sama sama merasa sakit dan kecewa, namun keputusan itu pula yang membuat semua menjadi pelajaran hidup yang sangat berarti.

Mereka bukan orang tuaku tapi mereka orang tua ke dua bagiku setelah kedua orang tua kandung. Bila bercerita tentang kehidupan, mereka jauh dari kehidupan yang mewah bahkan cendrung berada di bawah, tapi bagi diriku mereka mempunyai kekayaan yang melebihi segalanya yang terkadang tidak dimiliki orang lain.

Seorang ibu yang menunjukan kasih sayangnya, yang memberi ketenangan hati bila berada di dekatnya. Rasa sayangnya yang begitu tulus, selalu menjadi penengah kala kita hati kita sama sama marah.

Aku ingat betul, mamak selalu memberiku buah sawo, karena buah yang paling aku sukai. Walau itu buah untuk di jual kembali agar bisa membeli  satu liter beras. Namun beliau tak pernah lupa untuk memberikannya padaku. Darinya aki banyak belajar tentang kesabaran, keikhlasan serta kasih sayang tak ubahnya seperti ke dua orang tuaku yang selalu memberi kehangatan dan peluk kasih.

Ditengah keluarga mereka aku menjadi gadis yang manja, mudah marah, merajuk, mungkin karena dia anggap anak bungsu. Lucu tapi berkesan, bapak yang sering ngebanyol, selalu menghibur  apalagi kalau aku ribut dengan  dia.

Kenapa aku bercerita tentang mereka karena mereka pernah menjadi bagian perjalanan hidupku. Namun karena satu hal, aku meninggalkan mereka, meninggalkan impian impian mereka. Sekali waktu aku mampir,mendengar cerita dan mimpi mereka, lama lama  aku benar benar menghilang dari kehidupan mereka. Bukan tak ingin mengenal, bukan membenci. Tapi satu hal yang tak dapat diungkapkan.

Setelah perjalanan panjang, aku kembali menatap mereka dengan mimpi yang sama walau mereka tahu mimpi itu tak akan terujut sampai kapanpun. Tapi yakinlah jauh di relung hati, kalian adalah orang tua dan saudara bagiku, ikatan bathin itu tak akan terlepas.

Dua puluh tahun aku tak memberi khabar, hingga aku hanya mendengar mereka telah pergi menyatukan cinta mereka di surgaNya. Maafkan anakmu mak, bapak yang meninggalkanmu dalam mimpi mimpimu. Aku tetap menyayangi kalian. 

Mak, bapak sekarang anakmu yang hilang telah kembali bercengkrama dengan anak anakmu yang lain. Hatiku tenang, rasa bersalah yang teramat pada kalian terkikis sudah. Tali silaturahmi yang selama ini terputus terjalin kembali. Doaku untukmu di surgaNya

Terima kasih telah menjadikan aku anak bungsu, terima kasih kalian menjadikan aku  bagian dari keluarga.

Maafkan aku mamak dan bapak

Palembang, 22 oktober 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline