Lihat ke Halaman Asli

Nok Asna

TERVERIFIKASI

Penikmat Senja dan Sastra.

Puisi | Sebab Ia Tahu Jika Rindu Akan Membunuh dengan Perlahan

Diperbarui: 10 April 2020   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja di Pulau Tinabo (dokpri)

Sewaktu matahari berangsur ke barat, dilihatnya langit warna merah telentang penuh hasrat. Ia pernah menyaksikan langit serupa itu pada almanak kelima. Sungguh indah. Namun, Ia sudah terlalu lelah untuk melihat matanya mengalirkan darah tanpa warna. Tangannya gemetar, jemarinya menghitam sewarna tanah. Ia meletakkan sekotak rindu yang masih hangat, menguburnya bersama kenangan yang menghujat. Lalu di atas gundukan tanah yang masih basah, ia taburkan kelopak-kelopak mawar putih dan merah, ditambah sekuntum kamboja yang Ia pungut sewaktu langit mulai mendesah. Begitulah, Ia berharap kedamaian setelahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline