Lihat ke Halaman Asli

Nok Asna

TERVERIFIKASI

Penikmat Senja dan Sastra.

Seperti Dendam, Rindu Akan Lombok Juga Harus Dibayar Tuntas (Part 2)

Diperbarui: 28 Agustus 2019   07:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vila Hantu Setangi (dok.pri)

Setelah puas melihat air terjun Benang Kelambu dan Benang Stokel, kami melanjutkan perjalanan untuk menyaksikan senja dari Vila Hantu di Dusun Setangi. Vila tidak berpenghuni ini menawarkan pemandangan senja yang indah sekaligus pantai Setangi yang eksotis.

Ketika saya tiba, beberapa pengunjung sudah nampak mulai memadati setiap sudut Vila. Tiga tahun saat saya ke sini, saya bisa naik sampai lantai atas. 

Namun, menurut kak Leo, setelah gempa bumi mengakibatkan beberapa retakan di tangga naik, demi keselamatan pengunjung tangga itu dirobohkan, sehingga pengunjung tidak lagi bisa naik sampai lantai teratas. 

Beberapa pengunjung nampak menantikan senja dari Vila Hantu ini sembari menikmati pemandangan pantai Setangi yang eksotis.

Mereka yang menunggu senja (dok.pri)

Rupanya duduk manis sambil melihat ke laut lepas dengan diiringi semilir angin membuat saya betah berlama-lama menikmati suguhan alam Tuhan di depan mata.

Nampak gunung Agung ketika senja tiba (dok.pri)

Ketika senja mulai ditelan kegelapan, kami kembali menuju Mataram. Setelah seharian keliling TWA Gunung Tunak, air terjun Benang Kelambu dan Benang Stokel, dan terakhir menikmati senja di Setangi, barulah perut terasa lapar. Makan siang dirapel sekaligus dengan makan malam. 

Sesampainya di Mataram, kami menuju warung makan sate Rembiga punya ibu Hj. Sinnaseh. Saya memesan satu porsi sate Rembiga dengan lontongnya, pelecing kangkung, dan segelas teh tawar. Inilah penampakan sate dari daging sapi yang sukses membuat lidah saya menari kegirangan.

sate Rembiga (dok.pri)

Bentuk lontong khas Lombok yang unik. Paling cocok makan sate Rembiga dengan lontong nan imut ini.

Lontong teman makan sate Rembiga (dok.pri)

Tidak lupa pelecing kangkung kebanggaan kita bersama. Kangkungnya masih segar dan renyah, ditambah dengan bumbu yang berasa pedas dan manis, sungguh bagaikan sepiring surga yang layak dirindukan.

Pelecing kangkung (dok.pri)

Seperti yang sudah saya rencanakan, setelah makan sate Rembiga dan pelecing kangkung, saya minta kak Leo untuk mengantarkan saya makan bakso. 

Malam itu sengaja saya melebarkan lambung saya untuk menikmati makanan di Mataram. Anggap saja itu pengganti kalori yang seharian saya habiskan untuk jalan naik-turun bukit. :D

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline