Perjalanan Menuju Distrik Tiom
10 Mei 2016, dengan segenap pertimbangan akan rasa ragu, ngeri, dan nyali, saya dan seorang teman berangkat menuju Jayapura. Tujuan kami adalah Kabupaten Lanny Jaya dengan rute perjalanan Jayapura kemudian ke Wamena lewat jalur udara (jalan satu-satunya), setelah itu lanjut melalui jalan darat ke tempat tujuan. Selama 3 hari kami menghabiskan waktu di Kota Jayapura karena beberapa urusan. Akhirnya, Sabtu tanggal 14 Mei 2016, kami terbang menuju Wamena atau yang sering dikenal dengan sebutan Lembah Baliem.
Sampai Wamena kami bergegas menuju terminal untuk mencari taksi yang akan membawa ke Kabupaten Lanny Jaya, tepatnya di Distrik Tiom. Untunglah masih ada taksi yang berangkat menuju Kabupaten Lanny Jaya karena biasanya pada hari Sabtu para sopir jarang mengoperasikan taksinya.
Jalur yang bisa ditempuh untuk menuju Kabupaten Lanny Jaya adalah jalur darat dan jalur udara. Jalur darat bisa menggunakan taksi (seperti di gambar) atau rangers dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dan cukup membayar 200 ribu rupiah untuk sebuah kursi di mobil bagian depan. Sedangkan 150 ribu rupiah jika mau berdiri di bak mobil bagian belakang. Jalur udara bisa ditempuh dari bandara Wamena menuju bandara Tiom Kabupaten Lanny Jaya dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.
Sayang sekali selama di Tiom kami belum sempat merasakan sensasinya naik pesawat menuju atau dari Wamena. Dari bandara Tiom ada juga pesawat yang langsung membawa ke Kota Jayapura. Namun, sayangnya jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat tidak setiap hari. Pesawat menuju atau dari bandara Tiom hanya ada di hari tertentu (Rabu, Kamis, Sabtu) atau jika ada pesanan dari pihak pejabat Kabupaten Lanny Jaya. Setiap hari saat jadwalnya, pesawat sebanyak 2 kali datang dan pergi membawa penumpang.
Sekitar 4 jam perjalanan waktu yang kami tempuh. Beberapa kali taksi harus berhenti untuk menurunkan atau menaikkan penumpang. Namun, tidak ada kata bosan selama perjalanan. Pemandangan yang disuguhkan alam Pegunungan Tengah Papua sungguh penuh pikat dan pesona. Aroma khas dedaunan, rerumputan, diselingi aroma pinang yang sedang dikunyah, menguar di udara dan terasa segar di indera penciuman. Hawa dingin perlahana mulai menggoda tubuh, merayu, hingga membuat mata ingin terpejam. Berisik nyanyian alam seperti lagu pengantar tidur yang merdu. Ah, betapa indah alam Pegunungan tengah ini!
Selain pemandangannya yang luar biasa memanjakan mata, senyum ramah yang terlukis di kedua sudut bibir warga Distrik Tiom adalah kehangatan yang nyata. Setiap kali bertemu pandang atau sekedar berpapasan di jalan kalimat sapaan berupa “selamat pagi, siang atau sore” tak lupa terucap. Dengan semua keindahan, kehangatan dan keramahan masyarakat di Distrik Tiom, seketika hilang rasa takut akan kabar-kabar kekerasan yang biasanya dilakukan oleh anggota separatis setempat.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Lanny Jaya, selama penelitian berlangsung kami disarankan tinggal di Distrik Tiom karena menyangkut keamanan. Apalagi ketika kami datang Kabupaten Lanny Jaya sedang dalam keadaan siaga satu. Akhirnya, kami tinggal di Kompleks Kesehatan, tempat yang paling aman bagi orang baru seperti kami. Kemana pun kaki melangkah, kami harus menempel dengan petugas kesehatan.
Distrik Tiom, Ibu Kota Kabupaten Lanny Jaya
Distrik Tiom merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Lanny Jaya. Berbagai pembangunan mulai digalakkan baik pembangunan fisik maupun non fisik. Pembangunan jalan sebagai akses menuju luar dan dalam kota mulai digalakkan. Fasilitas kesehatan seperti RSUD mulai dibangun di Distrik Tiom.
Sebagai ibu kota Kabupaten, Distrik Tiom dihuni oleh penduduk lokal atau suku Lanny dengan bahasa daerahnya bahasa Lanny, dan beberapa pendatang dari Jawa, Toraja, Medan, dan daerah lainnya. Kebanyakan pendatang berprofesi sebagai pedagang, PNS, dan tukang ojek.