Berhentilah Menulis di Kompasiana
Teringat waktu itu. Didepan pintu masuk sebuah kantor koran harian. Tertempel secarik kertas dengan tulisan yang sangat mudah dilihat dan mudah dibaca,"Berita ini jangan dimuat, perintah Polda." "Berita ini jangan dimuat, meresahkan masyarakat". "Berita ini jangan dimuat, stabilitas nasional".
Itu pernah terjadi dimasanya. Dan itu pernah dialami Bill Bejo bin Bejo. Dengan rasa kecewa, seharian mengejar berita, kepanasan mencari berita, eee...tahu-tahunya didepan kantor tertulis, tertempel secarik kertas larangan, bukan himbauan.
Apadikata Bill Bejo bin Bejo harus merubah dan memperhalus, dengan menjadikannya sebuah cerpen. Tapi kenyataan, hal itu tetap saja tidak (berani) dimuat.
Bill Bejo bin Bejo masih teringat, masih terbayang, sampai-sampai Bejo tertidur dengan tangan kirinya masih memegang HP.
Pagi. Bejo terbangun dengan tangan kirinya masih memegang HP. Ia mulai kebiasannya, lihat Google.
"Berhentilah Menulis di Kompasiana," Bejo terkaget. Bukan karena judul tersebut, melainkan penulisnnya. Ia baca ulang sekali lagi. Ia memang benar, dimesin pencarian itu, dihalaman pertama, dibagian atas, tertulis,"Berhentilah Menulis di Kompasiana, dengan penulis Bill Bejo bin Bejo.
Dengan penasaran Bejo membaca isi tulisannya. Susunan katanya, rangkaian kalimatnya, ia yakin kalau ini bukan tulisannya. "Tapi kenapa, kok muncul penulisnya Bill Bejo bin Bejo.
Rasa hampir tak peduli sudah, biarlah, tak perlu diedit.
"Saat kamu tertidur, aku ambil HP kamu dan aku tulis dan kirim judul itu, "Berhentilah Menulis di Kompasiana. Ya agar kamu berhenti menulis kalau sudah larut malam, kalau sudah waktunya tidur!"terang istriku dari belakangku. Yang rupanya sedari tadi mengawasiku terlihat bingung saat megang HP.