Lihat ke Halaman Asli

Asmoo

Ngelanturisme

Kabut Asap Jakarta

Diperbarui: 6 Oktober 2023   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok: Mafrukan Ali

   

  

     Di musim kemarau matahari pagi tak sanggup untuk menyampaikan sinar panasnya pada dedaunan.

     Daun-daun menanti, mengharap panas sinar itu. Untuk membantu memberi makan.

Ia tidak sanggup untuk berani menyalahkan bahkan menuduh penyebab walau ia tahu alasan.

    "Ini gara-gara asap. Asap yang menutupi sinar matahari untuk memberi kehangatan di pagi ini. Pagi ini".

     Sang daun berbisik pelan pada ranting. Ia tidak mau sampai terdengar oleh batang apalagi oleh akar, terlebih lagi oleh manusia. Kalau sampai terdengar oleh manusia, ia takut ditebang.

     "Apa ini bukan rekayasa, rekayasa cuaca. Kan manusia bisa merekayasa hujan, apa ini rekayasa asap?" bisiknya teramat pelan, bisik sang daun pada ranting.

     "Jangan berprasangka negatif. Kita harus "menduga tak bersalah", walau sudah jelas, apalagi masih tertutup asap," jawab ranting seenaknya.

     "Ngawur, omong apa sih kamu?" Saut sang daun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline