Lihat ke Halaman Asli

Asminta Sari Br Sinulingga

Penghuni Gubuk rasa

Puisi | Sepasang Baju Lusuh Seorang Petani

Diperbarui: 26 Juli 2019   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Asap mengepul dari kopi panas yang ada di depannya
Dibenaknya pagi sebagai tumpuan berjuta harapan untuk memulai hari
Pandangan penuh semangat terpancar dari sorot matanya
Tekad diri selalu kuat untuk kembali menanam berbagai asa di lahan nanti

Telah usai dia menuang resah bersama habisnya secangkir kopi
Saatnya kembali ke medan juang  untuk mengais rezeki
Tak lupa membawa alat perang sebagai bekal di ladang nanti
Serta tak luput do'a kepada sang illahi mengawali langkah diri

Baju lusuhnya mulai terlihat kotor
karena keringatnya yang mengucur tercampur oleh debu
Sesekali iya mengelap dahinya dengan punggung tangannya yang terkena tanah
Sungguh begitu, semangatnya tak luntur meski bajunya mulai basah

Selesai sudah untuk perjuangan hari ini
Baginya penawar lelah cukup bertemu dengan kekasih dan buah hatinya yang telah menunggu kepulangannya
Setelah menanggalkan baju lusuhnya, tanggal juga beban dari medan juangnya
Saatnya merebah rindu kepada riuhnya rumah kepulangannya

Esok hari kembali bertemu dengan rutinitasnya
Menanam asa, membasmi hama kepahitan serta merawat keharmonisan keluarga
Baginya,baju lusuhnya tak menghalangi kebahagiannya.

Ujung Teran, 25 Juli 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline