Salmon banyak dikonsumsi oleh masyarakat menengah ke atas di Indonesia, dan disajikan dalam bentuk, baik itu sushi, telur salmon, salmon goreng dan bahkan sering dicampur dengan salad.
Salmon biasanyanya juga menjadi panganan wajib untuk anak-anak karena dianggap bagus untuk perkembangan otak mereka.
Ikan salmon memang terkenal sebagai sumber yang kaya akan nutrisi baik itu protein, vitamin B12 dan C, mineral termasuk potassium, selenium, kalsium, iron, magnesium, zinc dan juga asam lemak omega-3 dan omega-6 yang sangat bangus untuk perkembangan kesehatan otak dan jantung.
Akan tetapi itu hanya berlaku untuk ikan salmon laut dan air tawar yang hidup di alam liar, bukan yang berasal dari peternakan salmon.
Kebanyakan ikan salmon yang dijual di Supermarket dan pasaran umum di Indonesia adalah salmon yang berasal dari hasil perternakan dan impor dalam bentuk ikan beku.
Perbedaan Warna
Terdapat perbedaan mencolok antara salmon hasil peternakan dengan salmon liar, itu dapat diliat secara kasat mata dari warna dagingnya.
Daging ikan salmon hasil perternakan berwana orange pucat dan lebih, biasanya lebih berair dan lebih berlendir. Sedangkan salmon liar warnanya lebih merah, tidak berlendir, dan dagingnya juga lebih mengkilat. Kandungan lemak di salmon hasil peternakan juga sangat tinggi antara 14.5 % sampai 34% sedangkan salmon liar hanya 5-7%. Kalori salmon hasil peternakan juga 46% lebih tinggi dari salmon liar.
Tingginya kandungan lemak dan kalori dari ikan salmon hasil peternakan menyebabkan tingginya kandungan cholesterol dan kalori yang bisa mengakibatkan kegemukan dan juga diabetes.
Perbedaan warna ini disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi ikan tersebut. Pada dasarnya warna ikan salmon yang diternakkan berwarna putih, tapi kemudian diberikan pewarna sistesis (dari bahan kimia) yang membuatnya menarik untuk dikonsumsi.
Para peternak ikan salmon di Amerika mengakui bahwa ikan mereka diberi pewarna supaya menarik untuk dibeli, semakin cerah (orange) warnanya akan semakin menarik untuk konsumen.