Christopher Wylie, seorang whistleblowers yang dulunya bekerja di Cambridge Analytica baru saja membocorkan bagaimana perusahaan konsultan tersebut memanen data informasi lebih dari 50 juta pengguna akun Facebook.
Data tersebut diolah sedemikian rupa dengan teknik coding dengan menggunakan pendekatan psikologi pengguna untuk mendukung kepentingan politik seperti pemenangan Donald Trump dan Brexit ditahun 2016.
Perusahaan ini menurut C. Wylie menyebarkan berita-berita hoax danpropaganda secara besar-besaran di media pencarian data seperti Google untuk kepentingan pemenangan politik kandidat tertentu.
Hal yang paling menarik dari kasus ini adalah tujuan pendirian dari perusahaan Cambridge Analytica dan SCL adalah untuk melebarkan pengaruh dan jaringan mereka dipemerintahan, agar mereka bisa merubah undang-undang dan peraturan yang akan membawa keuntungan ke perusahaan dibawah jaringan mereka.
Mereka bisa meraup untung setelah menjadikan 'aktor' yang mereka dukung mendapatkan kekuasaan, dan hal ini sudah berjalan dibeberapa Negara termasuk Amerika, Inggris dan Kenya.
Dengan kata lain ini adalah bentuk kolonisasi modern dan terselubung. Karena mereka mampu menyelinapkan kepentingan mereka melalui aktor pemburu rente yang dipasang dipemerintahan, tentunya dengan menggunakan teknologi yang mampu memanipulasi data pengguna sosial media.
Aktor-aktor yang terpilih tersebut akan dijadikan puppet atau wayang yang bisa atur sesuka hati mereka. Sehingga kekuatan, tujuan dan fungsi negara sudah tidak murni lagi, dan hal ini sangat mencederai dan mengancam nilai-nilai demokrasi.
Tidak hanya itu, untuk menancapkan pengaruh politik dinegara-negara tujuan mereka, perusahaan Aggregate IQ yang dimiliki oleh Robert Mercer menyalurkan dana ke Cambridge Analytica dan menjadikan perusahaan mereka sebagai tempat pencucian uang secara besar-besaran.
Siapakah Cambridge Analytica?
Cambridge Analytica merupakan perusahaan Inggris yang bergerak di data tambang dan analisis yang berpusat di London.
Perusahaan ini pada awalnya adalah perusahaan intelegensi militer dan perang psikologi (Psychological warfare) dengan latar belakang pengalaman perang di Libya dan Afganistan.