Dalam era globalisasi, interaksi antara individu, kelompok, dan negara semakin meningkat, menghasilkan hubungan yang semakin kompleks antara berbagai budaya yang berbeda. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki kekayaan budaya yang meliputi berbagai suku, bahasa, agama, adat istiadat, dan tradisi. Namun, keragaman ini juga bisa menjadi sumber konflik dan ketidakpahaman jika tidak ditangani dengan baik. Kompleksitas keragaman budaya tersebut mendorong pentingnya Pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural merupakan pendekatan yang penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan menghargai keragaman budaya di Indonesia. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial, pendidikan multikultural dapat menjadi landasan yang kuat untuk menciptakan lingkungan belajar yang menghargai perbedaan dan mendorong pengertian antarbudaya. Salah satu pendekatan yang relevan dan inovatif untuk mencapai tujuan ini adalah melalui "etnosains". Etnosains adalah pendekatan dalam pendidikan yang memadukan etnografi dan sains, dan menekankan pada penggunaan budaya lokal sebagai landasan dalam proses pembelajaran. Etnosains dapat dijadikan sebagai fasilitas dalam proses pengenalan, pemahaman, dan penghargaan terhadap keragaman budaya.
Pendekatan etnosains adalah pendekatan dalam pendidikan yang memanfaatkan pengetahuan, budaya, dan praktik lokal masyarakat dalam konteks sains dan teknologi. Salah satu aspek utama dari pendekatan etnosains adalah pengintegrasian pengetahuan budaya lokal ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran. Konsekuensinya adalah adanya pengakuan terhadap pengetahuan dan kearifan lokal sebagai sumber pembelajaran yang berharga, sekaligus mempromosikan keragaman budaya dalam konteks sains. Dalam konteks pendidikan multikultural, pengetahuan budaya lokal memiliki nilai yang signifikan pada kesadaran pentingnya keberagaman budaya. Melalui etnosains, siswa diperkenalkan pada praktik-praktik budaya, pengetahuan tradisional, dan perspektif lokal yang melandasi masyarakat mereka.
Pendekatan etnosains membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sains. Siswa dapat melihat relevansi dan kebermaknaan pembelajaran sains dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah tidak hanya disampaikan secara abstrak, tetapi dihubungkan dengan konteks budaya dan pengalaman siswa. Mereka dapat mengaitkan konsep-konsep sains dengan realitas budaya yang mereka alami, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan berhubungan langsung dengan kehidupan mereka. Hal ini dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari sains.
Misalnya, dalam mempelajari sains alam, siswa dapat mengidentifikasi bagaimana pengetahuan tersebut terkait dengan penggunaan tanaman obat tradisional dalam budaya mereka atau bagaimana praktek pertanian berkelanjutan dikembangkan oleh masyarakat lokal. Dengan mengaplikasikan konsep sains dalam konteks budaya, siswa akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang sains dan melihatnya sebagai sumber pengetahuan yang universal, tidak terbatas pada satu budaya atau perspektif saja.
Etnosains mengacu pada pendekatan yang menggabungkan aspek-etnik dan ilmiah dalam mempelajari dan memahami keberagaman budaya. Konsekuensi dari pengadopsian etnosains adalah mengakui bahwa pengetahuan ilmiah tidak boleh dipisahkan dari budaya dan konteks sosial di mana pengetahuan itu dikembangkan. Dengan memahami budaya lokal sebagai pondasi untuk pembelajaran, etnosains menghadirkan nilai-nilai multikultural dalam proses pendidikan. Siswa didorong untuk menghargai dan memahami pengetahuan dan praktik budaya setempat, sambil juga belajar tentang ilmu pengetahuan global.
Dalam pendekatan ini, siswa akan belajar tentang bagaimana pengetahuan ilmiah dan pengetahuan budaya saling berhubungan, dan bagaimana budaya dapat mempengaruhi pemahaman dan praktik ilmiah. Dalam proses ini, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sains dan membangun penghargaan terhadap keragaman budaya. Dimana melalui pendekatan ini, budaya akan dipandang sebagai sumber pengetahuan yang berharga dan dihargai, serta digunakan sebagai landasan untuk membangun kesadaran antarbudaya, penghargaan terhadap perbedaan, dan toleransi dalam proses pendidikan.
Dalam lingkungan inklusif, siswa diajak untuk berkomunikasi, berkolaborasi, dan berbagi pengalaman mereka dengan siswa lain yang mungkin memiliki pandangan, nilai, dan tradisi yang berbeda. Misalnya, siswa dapat melakukan penelitian tentang pola cuaca berdasarkan pengetahuan tradisional suku-suku di Indonesia atau melakukan eksperimen menggunakan bahan-bahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari mereka. Melalui kolaborasi semacam itu, siswa belajar untuk menghargai perbedaan dan melihat keragaman budaya sebagai sumber kekuatan yang dapat memperkaya pemahaman mereka tentang sains.
Pendekatan etnosains mendorong dialog antarbudaya dan kolaborasi antara siswa yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, sehingga dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama lintas budaya. Hal ini sangat penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan menghormati keberagaman. Kolaborasi antarbudaya dapat memperkaya proses pembelajaran, karena siswa dapat saling belajar, menggali dan menghormati perbedaan perspektif, serta membangun sikap inklusif dalam bekerja sama. Ini selanjutnya akan membantu siswa melampaui stereotip dan prasangka yang mungkin mereka miliki sebelumnya, dan membangun penghargaan terhadap perbedaan.
Setiap budaya memiliki pengetahuan dan cara pandang unik terhadap alam dan fenomena sekitar. Budaya lokal sering kali memiliki pengetahuan tradisional yang telah diturunkan dari generasi ke generasi. Pengetahuan ini mencakup pemahaman tentang tumbuhan obat, praktik pertanian berkelanjutan, atau teknologi tradisional yang berhubungan dengan lingkungan hidup. Dalam pendekatan etnosains, siswa diajak untuk mempelajari pengetahuan dan praktik tersebut, sehingga mereka dapat menghargai dan memanfaatkan kearifan lokal dalam konteks sains dan teknologi. Dengan memasukkan budaya dalam pembelajaran sains, siswa diberi kesempatan untuk melihat bagaimana berbagai budaya berkontribusi dalam pengembangan sains dan teknologi.
Selain itu, Pendekatan etnosains memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan komunitas lokal dan menghargai pengetahuan yang dimiliki oleh mereka. Pendekatan etnosains memberikan ruang bagi siswa untuk mengenali, memahami, dan memperkuat identitas budaya mereka sendiri. Melalui pendekatan etnosains, siswa diperkenalkan pada pemanfaatan pengetahuan budaya lokal, seperti sistem pengetahuan tradisional, mitos, kepercayaan, dan praktik yang terkait dengan sains dan teknologi. Pengetahuan tersebut selanjutnya akan membantu siswa memahami bagaimana budaya mereka telah berkontribusi dalam pengembangan pengetahuan dan pemahaman tentang alam dan fenomena sains.