Lihat ke Halaman Asli

Praktik Baik Sebagai Inovasi Mewujudkan Merdeka Belajar dan Berbudaya

Diperbarui: 11 April 2023   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Praktik Baik dan Inovasi di Sekolah

Praktik baik diterapkan untuk mendukung budaya dan atmosfer lingkungan belajar yang dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap siswa.

“Bapak, Ibu guru, apakah siswa anda selalu datang ke sekolah dengan hati riang?. Mengucapkan selamat pagi dibarengi dengan senyuman?. Atau pernahkah ada seorang siswa anda takut untuk datang ke sekolah?.

Ibu Melati, guru kelas 4 SD menerapkan kegiatan praktik baik “Rasaku di Sekolah” pada semester I tahun pelajaran. Beliau meminta setiap siswanya, setiap pagi menuliskan bagaimana perasaannya pada selembar kertas yang diberi inisial nama hewan ataupun tanaman yang disukai siswa dan menyimpannya dalam kotak yang beliau siapkan di atas mejanya. Pada jam istirahat Bu Melati membaca apa yang ditulis siswa-siswanya. Praktik baik yang diterapkan Bu Melati dapat menjadi salah satu cara alternatif untuk mengetahui keadaan siswa setiap harinya, apakah ada kekhawatiran di dalam diri mereka. Bu Melati dapat segera berkomunikasi dengan siswa yang sedang menghadapi masalah.

Pendidik diharapkan dapat membuat siswa merasa menyatu dengan sekolahnya, siswa merasa bahwa guru; kepala sekolah dan teman-temannya peduli akan keberhasilan belajarnya. Sekolah yang berpihak pada siswa sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara. Dengan suasana yang nyaman siswa akan mendapat hasil belajar yang lebih baik dan memungkinkan untuk berprestasi. Pada dasarnya kurikulum dikembangkan dan didesain agar menjadi inklusif, relevan dan bermakna bagi semua (Friswell, J, 2017).

Kegiatan yang khas selama proses pembelajaran juga dapat dijadikan praktik baik, seperti guru memberikan kuis sederhana. Guru menggunakan aplikasi pada gadget, di awal pembelajaran sebagai tahapan  apersepsi. Siswa akan lebih tertarik (interest) mengikuti kuis karena menggunakan gadget. Apersepsi ini dapat dijadikan sebagai asesmen diagnostik, guru memiliki informasi awal apa yang diketahui siswa dari kuis tersebut. Gurupun dapat menjawab tantangan penerapan digitalisasi pembelajaran saat ini. Dalam hal ini praktik baik menjadi inovasi strategi mengajar bagi guru.

Inovasi-inovasi guru juga diperlukan dalam menciptakan pengalaman belajar yang otentik, misalnya dalam materi “perubahan wujud benda”. Dalam bahasan pembusukan, siswa mengetahui bahwa ada bakteri yang menguntungkan manusia. Siswa diajak praktik dalam pembuatan tempe dan tape dari ubi kayu secara berkelompok. Pembelajaran kontekstual (kontekstual learning) memungkinkan siswa dengan cepat memahami materi pembelajaran dan memiliki kompetensi keterampilan yang mumpuni. Hal ini membuat siswa produktif dalam membuat produk yang relevan dengan materi pembelajaran.

Dalam merancang inovasi pembelajaran hendaknya guru berkolaborasi dengan rekan guru lainnya. Bertukar pemikiran mengenai permasalahan pembelajaran yang ada, menentukan solusi yang tepat dari beberapa solusi alternatif. Dari solusi yang diambil terciptalah inovasi pembelajaran. Hasil survei internasional mengajar dan belajar (TALIS, 2013) mengungkapkan “pada kenyataannya, guru belajar lebih dari satu dengan yang lain sebagai mentor dalam kelas dan workshop. Berita baiknya, guru yang dapat berkolaborasi lebih inovatif di dalam kelas, memiliki kepercayaan tinggi dan kepuasan kerja yang tinggi.

Praktik-praktik baik perlu didokumentasikan sebagai data sekolah, baik berbentuk foto-foto, video ataupun file laporan. Dari dokumentasi itu juga penting untuk dipublikasikan, sebagai bahan refleksi bagi guru itu sendiri dan pembelajaran bagi guru lainnya, bagaimana membuat lingkungan belajar yang nyaman atau kondusif bagi siswa. Sejak dicanangkannya kurikulum Merdeka, kemendikbudristek juga menyiapkan aplikasi Merdeka Mengajar sebagai wadah bagi para pendidik yang memiliki akun belajar.id untuk berbagi (sharing). Salah satunya sharing praktik baik kepada pendidik lainnya di seluruh Indonesia. Dari sharing potensi-potensi guru pada aplikasi Merdeka Mengajar, para guru dapat belajar bersama menciptakan pendidikan Indonesia yang sesuai dan relevan dengan karakteristik, kompetensi yang dimiliki siswa dan keadaan zaman.

Guru juga diharapkan dapat mensosialisasikan dan mempromosikan program-program serta keberhasilan sekolahnya kepada masyarakat. Guru yang menerapkan praktik baik memiliki ketertarikan (passion) tinggi terhadap profesinya, baik sebagai pendidik maupun sebagai pengajar. Sekolah agar bisa mempertahankan eksistensinya dituntut untuk dapat memasarkan madrasahnya, karena bagaimanapun bagusnya suatu sekolah jika tidak dipromosikan secara maksimal akan berdampak pada minimnya jumlah siswa dan tidak dikenalnya sekolah tersebut di kalangan masyarakat. (Fikri, M, 2020). Praktik baik yang didokumentasikan dapat menjadi alat promosi yang tepat bagi sekolah.

Merdeka Belajar dan Berbudaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline