Lihat ke Halaman Asli

Asmari Rahman

TERVERIFIKASI

Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

Anas Urbaningrum, Seorang Pemberani atau Pengecut

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum ditetapkan menjadi tersangka Anas meyakinkan publik dengan ungkapan Gantung Anas di Monas. Ungkapan itu kini menjadi bahan olok-olokan untuk dirinya sendiri,  karena  seiring waktu berjalan KPK telah menetapkan dirinya sebagai tersangka dalam kasus Hambalang.

Beberapa saat setelah ditetapkan sebagai tersangka Anas menyampaikan pidato pengunduran  dirinya dari jabatan ketua umum Partai Demokrat. Dalam pidatonya itu, Anas menyatakan akan mengikuti proses hukum, dan Anas juga percaya bahwa lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan kebenaran dan keadilan bisa saya dapatkan.

“Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana yang memenuhi standar saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa ditegakkan. Karena saya percaya, negeri kita ini berdasarkan hukum dan keadilan bukan berdasarkan prinsip kekuasaan”, ungkap Anas ketika itu.

Saat menyampaikan pidatonya waktu itu, Anas kelihatan tenang dan sabar, kalimat yang keluar dari mulutnya tersusun rapi dan santun, bahasa tubuhnya seolah ingin meyakinkan publik bahwa Anas akan menghadapinya dengan sebuah keyakinan bahwa dirinya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan, justeru itulah raut wajahnya mencerminkan sikap percaya dirinya dan tidak mencerminkan perasaan hatinya yang sedang dalam keadaan takut.

Kalau disimak isi pidato pengunduran diri Anas waktu itu, maka pengadilan yang mengadili Anas Urbaningrum akan menjadi sebuah tontonan menarik dan pertarungan sengit antara tersangka dengan penegak hukum. Anas dengan segala kemampuannya akan menghadapi segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya dengan berbagai pembelaan, sementara disisi lain KPK akan berupaya pula untuk membuktikan tuduhannya terhadap Anas.

Diperkirakan, pengadilan terhadap Anas akan menjadi sebuah episode baru yang mengundang decak kagum akan keberanian Anas mengungkapkan segala sesuatunya yang terkait dengan tuduhan yang disangkakan kepada dirinya. Karena waktu itu Anas mengungkapkan bahwa penetapan dirinya sebagai tersangka dan pengunduran dirinya dari Partai Demokrat bukan akhir dari segala-galanya, tetapi merupakan awal dari sebuah langkah-langkah besar.

“Hari ini saya nyatakan ini baru permulaan, hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar, hari ini saya nyatakan bahwa ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halalaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama tentu untuk kebaikan kita bersama. Saya sekali lagi dalam kondisi apapun akan tetap berkomitmen, berikhtiar untuk memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan politik kita, bagi masa depan demokrasi kita.”

Lebih lanjut Anas menyebutkan bahwa ini adalah halaman pertama dari halaman berikutnya yang penuh dengan makna,  karena itulah kita menunggu-nunggu Anas datang ke KPK menenteng lembaran-lembaran yang selama ini belum pernah dibuka untuk dibaca bersama dihadapan penegak hukum.

Setelah KPK benar-benar memanggilnya sebagai tersangka, Anas mangkir , dia tidak bersedia datang dengan alasan yang terkesan dibuat-buat. Anas yang semula nampak gagah dan berani mendadak berubah jadi seorang pengecut, pidatonya yang penuh semangat dan keyakinan akan kebenaran dirinya menjadi hilang seketika.

Perubahan sikap Anas ini patut dipertanyakan, mengapa Anas tidak bersedia memenuhi panggilan KPK, bukankah ini merupakan kesempatan untuk melanjutkan langkah awal setelah dia mengundurkan diri dulu, bukan ini moment yang ditunggu bagi Anas untuk membuka halaman berikutnya dari buku yang masih tersimpan dilacinya.

Ayo Nas, datanglah ke KPK, Kalau memang tidak bersalah kenapa harus takut,  bukankah orang – orang tua kita telah mengajarkan “Selalu berani karena benar, tidak main tuduh dan tidak sembarang kritik, tetapi ungkapkanlah sesuai dengan kenyataan.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline