Lihat ke Halaman Asli

Asmari Rahman

TERVERIFIKASI

Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

Golkar Bergejolak

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keputusan Abu Rizal Bakrie berkoalisi dengan Prabowo menimbulkan gejolak ditubuh Golkar sendiri. Sebagian kader muda Partai Golkar plus beberapa seniornya menolak untuk mendukung Prabowo dan menyatakan dukungannya kepada Jokowi – JK. Alasannya sederhana sekali, dari pada mendukung orang lain lebih mendukung kader sendiri.

Disisi lain, Abu Rizal nampaknya seperti sedang menghadapi sesuatu yang pelik, keputusan rapimnas partai Golkar beberapa hari lalu memberi tiga kewenangan sekaligus kepada Abu Rizal Bakrie. Pertama menjadi capres, kedua menjadi cawapres dan ketiga menentukan arah koalisi partai.

Untuk mengemban amanah rapimnas tersebut Abu Rizal langsung menghubungi SBY selaku ketua Partai Demokrat. Kans untuk menjadi capres masih ada dengan mengajak partai besutan SBY itu berkoalisi dengan mengajukan Abu Rizal sebagai capres dan Demokrat mengusulkan nama Pramono Edi Wibowo sebagai cawapresnya.

Wacana koalisi Golkar Demokrat ini juga tidak diterima oeh beberapa kader Golkar, bahkan menjadi bahan olok-olokan oleh Bambang Soesetyo sebagai koalisi odong-odong. Wakil Bendahara Golkar ini menolak wacana itu karena tidak mungkin Golkar berkoalisi dengan partai yang sudah ditinggalkan oleh rakyat, dan lebih tidak mungkin lagi jika ketua umum Golkar disandingkan dengan calon dari hasil konvensi lucu-lucuan.

Abu Rizal juga sudah berusaha menjajaki koalisi dengan PDI-P, tetapi Megawati dengan tegas menyebutkan koalisi tanpa syarat, termasuk persyaratan bagi-bagi kursi kabinet, apatah lagi untuk meminta jadi cawapres karena PDI-P dan rekan koalisinya sudahmemutuskan Jusuf Kala sebagai cawapres untuk Jokowi.

Gagal membangun Koalisi dengan Demokrat dan PDI-P akhirnya ARB memutuskan bergabung ke Gerindra, mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai capres dengan janji memberian kewenangan kusus kepada ARB sebagai menteri utama.

Keputusan terakhir inilah yang menjadi pemicu keriuhan dan penolakan dari kader-kader muda Golkar. Sebagian besar diantara mereka menginginkan Golkar berkoalisi dengan PDI-P untuk memperkuat dukungan terhadap  mantan Ketua Umum Golkar Jusuf Kala sebagai cawapres.

Bergabungnya Golkar dengan PDI-P,  diharapkan akan menjadi nilai tambah tersendiri bagi JK, karena disamping faktor ketokohannya secara  personal, ada  partai besar dibelakangnya. Agaknya itulah harapan kader muda Golkar sehingga mereka berusaha menarik Golkar untuk berkoalisi dengan PDI-P.

Tetapi nampaknya ARB punya alasan sendiri mengapa dirinya memilih Gerindra sebagai teman koalisi ketimbang PDI-P. Yang pertama tentu tawaran menarik yang diberikan oleh prabowo kepada ARB yang direncanakan menjadi menteri utama, meskipun gagal menjadi wapres tetapi memiliki kewenangan yang lebih besar dari menteri kabinet.

Kedua, barangkali ARB enggan mendukung Jusuf Kala, karena keberadaan JK telah menghambat langkahnya menuju kursi cawapres Jokowi, dan yang ketiga ada ketersinggungan atas sikap PDI-P yang hanya mau menerima Golkar sebagai teman koalisi jika Golkar tidak mengajukan syarat apapun.

Koalisi tanpa syarat yang diajukan oleh PDI-P inilah yang membuat ARB balik kanan, karena bagi Golkar, hasil akhir dari koalisi adalah berbagi kekuasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline