Lihat ke Halaman Asli

Asmari Rahman

TERVERIFIKASI

Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

Jangan Dihela Muhammadiyah ke "Ranah Poitik Praktis"

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sidang Tanwir Muhammadiyah yang dalam dua hari ini berlangsung di Samarinda Kalimantan Timur menarik untuk dicermati. Acara yang dihadiri oleh kedua capres ini seakan membuka wacana Muhammadiyah sedang mempertimbangkan merubah sikap netralnya.

Masing-masing capres diberikan ruang dan kesempatan yang sama untuk berbicara memaparkan sikap dan pandangannya dihadapan peserta sidang Tanwir, dan dilanjutkan dengan diskusi yang dipimpin langsung oleh ketua umumnya Din Syamsuddin.

Kehadiran kedua capres dalam sidang Tanwir Muhammadiyah ini memang tidak serta merta akan merubah pandangan warga Muhammadiyah yang selalu bersikap netral, tetapi kehadiran dua capres ini  menjadi sesuatu yang menarik, mengingat hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Sejak zaman Orde Baru, Muhammadiyah bersikap netral dalam setiap Pemilu, tidak berpihak kesalah satu parpol tetapi tidak membatasi kadernya untuk berkhikmad dalam salah satu partai politik. Muhammadiyah memang bukan sebuah partai politik, namun bukan berarti anggotanya buta akan politik, dan ini dibuktikan dengan banyaknya anggota Muhammadiyah yang menjadi pengurus parpol.

Diawal era Reformasi,  Muhammadiyah ikut membidani lahirnya Partai Amanat Nasional, yang kemudian dipimpin oleh Amin Rais yang juga merupakan Tokoh Muhammadiyah. Sebagian besar pengurus partai ini direkrut dari kalangan Muhammadiyah, bahkan hingga sekarangpun pucuk pimpinannya dipegang oleh kader Muhammadiyah, maka patai inipun menjadi sangat identik dengan Muhammadiyah, ditambah lagi  lambang partai dibuat semirip mungkin dengan lambang Muhammadiyah.

Karena PAN identik dengan Muhammadiyah, sehingga awam berpandangan bahwa PAN itu adalah partainya Muhammadiyah. Namun sesungguhnya antara Muhammadiyah dan PAN itu adalah dua hal yang terpisah, baik secara institusi maupun secara struktural,  tidak memiliki hubungan apapun, kecuali hanya sebatas hubungan historikal. Muhamadiyah tetap bergerak dalam bidang sosial (Kesehatan dan pendidikan) sesuai dengan tujuan awal berdirinya.

Dalam setiap Pemilu Muhammadiyah tetap bersikap netral dan berpihak kepada PAN, tidak mewajibkan anggotanya untuk memilih PAN serta membebaskan anggotanya untuk memilih atau menjadi pengurus partai lain. Sikap Netral Muhammadiyah yang sedemikian rupa inilah yang membuat citra Muhammadiyah masih tetap terjaga dengan baik sebagai sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Mengingat pentingnya sikap netral Muhammadiyah itu, maka perlu diingatkan kepada capres dan cawapres yang akan bertarung dalam pilpres mendatang agar tidak menarik-narik Muhammadiyah keranah politik, biarkanlah Muhamadiyah seperti apa adanya sekarang ini. Warga Muhammadiyah memang harus faham berpolitik, tetapi tidak baik ikut campur dalam politik praktis.

Jika diantara capres dan cawapres itu ada yang mengaku sebagai kader Muhammadiyah, maka tunjukkanlah  sikap bagaimana semestinya seorang Muhammadiyah bertarungan dalam meraih kekuasaan politik, tetapi jangan membawa – bawa  nama besar Muhammadiyah untuk kepentingan merebut kursi kekuasaan.

Segenap pimpinan dan  warga Muhammadiyah juga harus mampu menjaga diri, jangan sampai silau dan termakan bujuk rayu dari pasangan capres – cawapres.  Jangan menggadaikan Muhammadiyah untuk kepentingan politik sesaat. Jagalah sikap netral itu dengan sebaik mungkin, jangan sampai gerbong besar yang bernama Muhammadiyah ini dihela keranah politik praktis.

Wassalam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline