Lihat ke Halaman Asli

Asmari Rahman

TERVERIFIKASI

Lahir di Bagansiapi-api 8 Okt 1961

Untuk Presidenku

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kisruh yang terjadi antara KPK dan Polri ini merupakan ujian buat tuan presiden. Inilah saatnya beliau membuktikan bahwa dia adalah pemimpin yang memiliki rasa keberpihakan kepada rakyat, sehingga penyelesaian kusut masai KPK – Polri ini dilakukan dengan cara yang benar-benar mengikuti kehendak rakyat.

Rakyat tau betapa presiden saat ini sedang berada diposisi yang sulit, namun sesulit apapun dia harus mengambil sikap tegas untuk menghentikan perseteruan ini. Untuk itu rakyat kini menanti presiden mengambil keputusan dengan arif dan bijak, tidak merendahkan Polri dan tidak pula membiarkan KPK diobok-obok.

Rakyat maunya negeri ini aman dan tenteram, tidak ada perseteruan antara sesama penyelenggara negara. Polri dan KPK diharapkan bisa bersinergi, bahu membahu dalam penegakan hukum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Bukan sebaliknya malah ada gesekan yang menimbulkan percikan api.

Gesekan ini muncul akibat keputusan tuan presiden yang tergesa-gesa mengajukan BG sebagai calon tunggal Kapolri. Sementara tuan sendiri tau bahwa menurut catatan PPATK, yang bersangkutan memiliki rekening yang mencurigakan dan KPK sudah memberi tanda merah saat namanya masuk dalam daftar calon anggota kabinet.

Rakyat merasa heran melihat ketergesa-gesaan tuan itu, tidak biasanya tuan seperti itu. Rakyat jadi menduga bahwa ada tangan kuat yang mendorong tuan dari belakang sehingga dalam hitungan jam surat tuan sudah sampai ke DPR untuk meminta dilakukannya fit and proper tes terhadap BG. Sementara dalam waktu yang hampir bersamaan KPK menetapkan BG sebagai tersangka.

Pengajuan nama BG sudah terlanjur disetujui DPR, tapi karena statusya sebagai tersangka pelantikannya sebagai Kapolri tuan tangguhkan  , dan inilah pangkal bala yang menyebabkan timbulnya gesekan itu.

Percik api dari gesekan itu nampak secara kasat mata, bermula dari munculnya photo ketua KPK Abraham Samad bermesum ria dengan seorang wanita cantik, lalu dibumbui dengan cerita rumah kaca Abraham Samad di Komapsiana, dan cerita itu diamini oleh pejabat sekjen PDI-P.

Dihari berikutnya, atas laporan seorang kader PDI-P, wakil ketua KPK Bambang Widjoyanto ditangkap dan dijadikan tersangka. Polri bisa saja berdalih bahwa penangkapan Bambang tidak ada kaitannya dengan status BG, tetapi publik sudah terlanjur curiga dan tidak percaya pada penjelasan Polri.

Kecurigaan publik diperkuat lagi dengan munculnya  nama kader PDI-P dibalik kedua peristiwa itu. Sehingga tidak dapat disalahkan jika publik membuat kesimpulan sendiri bahwa ada kepentingan politik dari kelompok tertentu dalam kemelut ini.

Dan oleh karena itu Presiden ku,

Sebagai rakyat kami berharap, kembalilah kejati diri tuan sebagai seorang Jokowi yang kami kenal merakyat dan teguh pendirian. Bila mengambil keputusan tidak bisa dipengaruhi oleh siapapiun, tidak berpihak pada kepentingan apapun, kecuali untuk dan atas nama kepentingan rakyat.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline