Lihat ke Halaman Asli

Sekeping Janji

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tau kalian akan mendekapku erat

Puluhan mata berbinar mengikatku kuat

“Apa kabar, kawan?” indah nian itu kalimat

“Selalu baik, selamanya baik” kita semakin hangat

.

Kopi hitam menyerbak mewangi dalam lingkaran

Kita tertawa lebar, menarik waktu masa silam

Apalagi yang kita bicarakan, selain hebatnya persahabatan?

Puluhan tahun, bahkan seabad, air waktu tak mampu menenggelamkan manusia malam

.

Tempat tertinggi manusia sudah pernah kita nikmati

Karena kita pendaki yang pemberani berwajah melati

Pun derasanya ombak yang berdebum menghantam karang

Simpulan kita erat. Hanya mampu menepikan ke pulau seberang

.

Kini aku datang membawa kepingan janji

Mari, satukan menjadi satu agar tahu sebuah arti

Seperti siang berganti malam, lalu menjemput pagi

Kita adalah waktu, kita adalah bulan, dan kita adalah matahari

.

Namun kita bukanlah syetan, apalagi Tuhan

Hanya anak manusia yang selalu berjabat tangan

Di kolong langit kita berangan menuju mega impian

Di atas bumi berkejaran selalu bergandeng tangan

.

Ah, rasanya aku harus pulang

Kopi kita tinggal ampasnya, asap pun tak lagi mengepul

Ada janji yang harus kutepati juga, sebagai manusia paham kata “hilang”

Lusa, kita akan seperti ini lagi, di bumi ataupun di taman langit. Kita pasti berkumpul.

Jogjakarta, 13 Mei 2015

#Untuk kalian sahabat hebat: Joharry, Moan, Jonny, Panji, Icha, dan Dita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline