Lihat ke Halaman Asli

Kaum Intoleran yang Kepanasan Saat Edy Didoakan Pendeta

Diperbarui: 9 Mei 2018   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Arsip

Kemarin sore, saya disodorkan seorang teman sebuah video yang berisi Calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi didoakan sekelompok pendeta, pimpinan umat kristiani di Gedung Swara Nafiri, Medan. Di video itu terlihat Edy bersikap diam, saat para pendeta mendoakannya dengan mengangkat tangan kearah Edy. Bagi saya, ini hanyalah video biasa. Tapi kemudian, narasi yang ditambahkan di video itu meresahkan saya. narasi itu berbunyi " Edy Rahmayadi Menggadaikan Iman Untuk Memperolah Suara di Pilgubsu".

Bagi saya seorang muslim, saya gembira saja ketika Edy didoakan sejumlah pendeta umat kristiani. itulah bentuk saling menghargai dalam keberagaman, sekaligus bentuk diterimanya dengan baik Edy yang seorang muslim oleh umat kristiani untuk memimpin Sumatera Utara yang majemuk ini. Kembali pada konteks video, saya menilai bahwa video yang telah diedit itu adalah upaya dalam membunuh karakter Edy Rahmayadi. 

Bukankah si pembuat video ini jahat sekali ? bolehlah saya meyakini jika video itu sengaja dibuat oleh pendukung lawan politiknya Edy. Mungkin mereka kepanasan, cemburu berat, karena ada pendeta atau pimpinan umat kristiani yang mendukung bahkan mendoakan Edy Rahmyadi menjadi Gubernur Sumut. Pasalnya, lawan politiknya Sihar Sitorus yang mendampingi Djarot seharusnya yang menjadi representasi umat kristiani, pikir mereka barangkali.

Mungkin juga, pendukung lawan politiknya berfikir dengan mengedit video ini dan kemudian menyebarkannya, maka Edy akan kehilangan suara umat Islam, naif sekali. Tak sependek cara berfikir pendukung lawan politik pak Edy, saya meyakini, bagi seorang muslim mestilah paham bagaimana kriteria seorang muslim disebut 'mengkhianati' Islam, bagaimana memilih pemimpin, dan bagaimana pula seorang pemimpin bersikap terhadap rakyatnya yang berbeda keyakinan. Tapi biarkanlah Pendukung lawan politik Edy memainkan peran antagonis-protagonisnya sekaligus. Berbeda dengan Edy yang memang dikenal tak pandai bersandiwara, yang benar ia katakan benar, yang salah ia katakan salah.

Edy Rahmayadi memang bukan seorang politisi, dia pemimpin. Tidak semua pemimpin haruslah politisi. Pemimpin adalah seorang yang mampu menjawab keinginan masyarakat yang dipimpinnya yang beragam. Akan lebih baik pula jika seorang pemimpin itu memiliki kedekatan dengan Tuhan. Edy Rahmayadi sendiri sebagai muslim, mestilah paham bahwa dalam agamanya terdapat ayat yang berbunyi, "Bagimu Agamamu, Bagiku Agamaku." Indah sekali, bukan ?

Jadi, hanya kaum intoleranlah, yang tak paham Indahnya keberagaman yang sanggup memelintir sebuah momen yang seharusnya Indah, menjadi Konsumsi yang menyesatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline