Cinta yang Tanpa Asap
Apakah kriteria penting yang harus ada pada pasangan?
Lika-liku cinta dan kebingungan mencari teman hidup, menjadi salah satu konflik dalam novel Ummi, yang saya tulis lewat tokoh Zarika. Gadis berusia 35 tahun yang selalu gagal menemukan lelaki pilihan. Ketika akhirnya berjumpa pangeran tampan yang rajin salat, juga mapan dalam pekerjaan, ternyata ia perokok berat. Sementara Ummi dan Abah saking tidak bersimpati terhadap perokok, sengaja tidak pernah menyediakan asbak di rumah.
Rokok dan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, 31 Mei lalu membuka satu kenangan. Bagi saya remaja yang belum paham konsep islam tentang memilih pasangan, tidak merokok merupakan syarat pertama yang terlintas. Dan betapapun berbagai iklan rokok dengan kreatif membangun kesan bahwa semua lelaki gagah dan sukses (belakangan. juga dimunculkan figur perempuan cantik) adalah perokok, sedikitpun tidak mengubah prinsip.
Allah, berikan saya suami yang tidak merokok.
Setelah lebih dewasakalimat ini tetap saya sisipkan bakda doa untuk memohon pasangan dan keturunan yang baik.
Hidung, mata dan paru-paru rasanya tak kuat terpapar asap rokok. Penderitaan khas setiap berada di bus, kereta, halte, pusat pertokoan, perkantoran, restoran, café, tempat hiburan dan wisata. Saya ingin rumah menjadi peristirahatan yang mengalirkan udara lebih jernih. Juga agar anak-anak yang lahir, terjaga dari racun yang diberikan ayahnya sendiri.
Setelah menjadi ibu, kebiasaan lain muncul. Khususnya saat bersama anak-anak, saya sulit berdiam diri jika bertemu perokok, kecuali mereka berada di ruang khusus yang disediakan dan umumnya lebih mewah dari musala di fasilitas umum, namun jarang digunakam.
Selama ini rata-rata lelaki perokok merespon permintaan saya dengan baik. Berbicara dengan perokok perempuan, yang jumlahnya lebih sedikit namun terus mengalami peningkatan setiap tahun, agak sulit. Dengan dalih hak asasi, padahal ini kebutuhan individual, sering saya mendapatkan kalimat galak, “Tutup saja pabrik rokoknya sekalian!”
Situasi ini mendorong saya lebih rajin menyelipkan bahasan tentang rokok di buku-buku terakhir. Jika ayah bunda mencintai anak-anaknya, jika suami atau istri mencintai pasangan, jika anak mencintai orangtua, pasti ada keinginan untuk melindungi, dan jadi pahlawan bagi orang-orang tercinta. Dan tidak perlu kekuatan super atau hal-hal besar. Siapapun bisa menjadi pahlawan keluarga dengan cara sederhana: tidak merokok di rumah.
Ikhtiar sebagai penulis ini sangat kecil artinya dibanding apa yang telah dilakukan beberapa tokoh. Fuad Baradja yang setia mengkampanyekan bahaya rokok. Juga sosok Menkes Endang Rahayu yang berjuang hingga akhir hayat untuk ini.
Sutradara Aditya Gumay (Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela, dll) sempat menghentikan syuting hanya untuk mencabut sebuah poster iklan rokok yang hampir pudar warnanya, yang tertempel di lokasi. Seorang penulis muslimah menolak mengisi rangkaian roadshow, meski menggiurkan secara materi, sebab itu merupakan proyek CSR satu perusahaan rokok. Beberapa media baik koran, majalah maupun Radio, dengan tegas menolak iklan berbau rokok atau minuman keras.
Subhanallah. Semakin bertambah sosok penggiat dan LSM yang terus aktif mengkampanyekan Indonesia Bebas Rokok. Mereka berani bersikap meski hal itu mengeliminir potensi penghasilan, bukan untuk kepentingan pribadi melainkan bangsa.
300.000 kematian/thn akibat rokok di Indonesia, 5,4 juta kematian di dunia (1 kematian setiap 6,5 detik). Sementara pengeluaran negara untuk menanggulangi berbagai persoalan kesehatan dan sosial akibat konsumsi rokok, justru berkali-kali lipat lebih besar dari pendapatan yang diperoleh melalui cukai rokok. Kenyataan yang membuat siapa saja yang peduli akan berharap, lebih banyak pemerintah provinsi memberlakukan perda kawasan bebas rokok, dan memberi sanksi tegas bagi pelanggarannya. Termasuk mengatur peredaran rokok eceran.
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada para ustadz dan Kyai, para pemimpin bangsa, guru, pegawai, profesional, juga ayah bunda yang masih merokok, untuk mengagendakan cita-cita: segera terbebas dari Tuhan Sembilan Centi.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?
Judul Puisi Karya Taufiq Ismail
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H