Lihat ke Halaman Asli

Bola-bola Cinta di Kaki Para Pemain

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_251526" align="alignleft" width="263" caption="Wahyu NH Al_Aly (Lukisan ini dikerjakan dalam tempo tidak lebih dari 20 menit oleh seniman keluarga Lawang Ngajeng, Shodikun Assadnge)"][/caption]

Sejenak merebahkan tubuh yang semakin menua di kursi kayu. Seraya menatap langit-langit yang tersenyum setelah kubersihkan. Sesaat setelahnya, saya beranjak dan menyalakan TV. Saya terperangah ketika berkali-kali mendengar kata cinta di sebuah sinetron. Konon, dulu cinta adalah sesuatu yang begitu berharga sehingga tidak semua orang dan tidak untuk sembarang orang cinta diberikan. Konon, untuk menyampaikan cinta pun dulu harus dengan cara-cara yang special, karena menurut orang-orang zaman dulu, masa yang saya tak tahu kapan pastinya, cinta adalah sangat bernilai. Tentunya apabila fenomena itu benar, maka terasa sangat berbeda dengan apa yang saya lihat di sinetron. Saya pun menjadi bertanya-tanya, sebenarnya cinta itu apa?

Saya merenung. Saya berkata dalam hati, apabila saya hanyalah gembel jalanan, sehingga apakah pantas saya menanyakan cinta. Saya hanya gembel jalanan yang senantiasa diiringi dengan hirup pikuk lalu lintas kehidupan yang penuh warna, sakit dan sehat, gelisah dan tenang, susah dan mudah, kecewa dan gembira, sedih dan bahagia, dan yang menyelimuti lainnya. Ah, peduli amat dengan semua ini. Saya punmelangkahkan kaki, berjalan-jalan mencoba bertanya tentang cinta dengan beberapa orang yang kutemui.

Orang-orang yang kutemui ada yang penuh semangat menerangkan cinta dan adapula menyahutnya dengan malas-malasan. Namun apa yang kuperoleh pengertian tentang cinta, yang saya rasakan dengan pelbagai macam persepsi makna cinta dalam kehidupan kita --umumnya muncul-- sesuai kebutuhan, kemampuan, atau mungkin kepentingan seseorang dalam membuat definisi tersebut. Ada yang mengatakan cinta itu seperti malaikat subuh yang memberi aroma kesegaran dan kesejukan pada jiwa, meskipun saat ditanya malaikat subuh itu apa tidak mampu menjelaskan, melainkan hanya menyampaikan keadaan dikala waktu matahari mulai terbit. Adapula yang kebingungan lalu ngasal menganggap bahwa cinta itu ibarat lampu yang bisa menerangi kegelapan, namun disisi lain bisa merusak tubuh karena menyulitkan mata terpejam. Lebih bingung lagi, sampai ada yang berkata apabila cinta itu lelembut yang merubah duka menjadi tawa. Ada lagi yang sedang memiliki semangat menggambarkan cinta itu "sesuatu" yang mampu merubah orang yang lemah tak berdaya menjadi memiliki kekuatan tak terkira. Saat bertanya dengan orang yang bermuka idiot, jawabannya pun memaksa sekali hingga sulit melukiskannya dalam angan-angan, dengan mengatakan cinta sebagai makhluk yang menempati ruangan tak terbatas dihati manusia.

Saat berpapasan dengan seseorang yang selalu berkata bijak, dikatakan cinta adalah perasaan hangat yang mampu membuat kita menyadari betapa berharganya kita, dan adanya seseorang yang begitu berharga untuk kita lindungi. Pendapat orang bijak itu pun terpangkas saat berbincang-bincang dengan seseorang yang ingin sekali berumah tangga yang memiliki definisi lain dengan beranggapan cinta adalah perasaan yang membutuhkan kasih sayang dari orang yang disukai. Lagi-lagi pemehaman sebelumnya dipatahkan oleh seseorang yang sedang menikmati jus apel yang menjabarkan cinta adalah suatu anugrah, sacral, yang kadang membuat seseorang menangis dan bahagia. Saya pun tersenyum, saat bertemu dengan sosok manusia yang sudah tidak tahan untuk bersetubuh dengan pasangannya hingga mendefinisikan cinta begitu singkat, dengan cinta menurutnya adalah sex.

Lagi-lagi, saat saya berjalan di suatu jembatan dan bertemu dengan bebarapa orang yang akan mengakhiri hidupnya, mengatakan bahwa cinta adalah sesuatu yang membutakan dan membuat tuli. Bahkan ada juga yang mendefinisikan cinta –entah karena keterbatasnya, mungkin pula malasnya, atau ada alasan lain yang lebih halus dari itu--dengan menjelaskan apabila cinta itu sesuatu yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan tidak dapat dideskripsikan dengan bahasa apapun. Lain lagi saat saya berjumpa dengan seorang wanita yang baru saja ditinggalkan oleh lelaki yang dipujanya, dia mengatakan cinta adalah bahasa rayuan yang pada hakekatnya tidak ada karena hanya sebatas mimpi.

Rupanya definisi cinta tidak berhenti di atas, karena para pelaku sejarah pun ikut-ikutan terlibat untuk mencoba untuk memaknai kata cinta, misalnya,Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, "Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri, membatasinya hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. maka batasan dan Penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri"

Masih ada lagi Jalaludin Rumi sebagaimana dalam syairnya, "Cinta adalah samudera yang kedalamannya tak terukur, cinta tidak dapat ditemukan dalam belajar, IPTEK, buku-buku, dan lembaran-lembaran kertas. Apapun yang kau katakan tentang cinta, itu adalah kulitnya. Karena intisari cinta adalah misteri yang tidak dapat kau buka."

Tidak mau kalah, Plato juga membuat definisi, entah karena ingin berbeda dengan yang lainnya ataukah karena kebingungannya, sehingga apa yang disampaikannya sepertinya hanya bisa dipahami oleh Plato sendiri, dengan mengatakan “Cinta hanya bisa dipelajari oleh sebagian manusia saja. Manusia yang belum pernah mengalaminya, ia tidakakan mampu mencurahkan maksud dan arti cinta kepada orang lain”.

Dengan banyak multi_paham terhadap definisi cinta, ini menunjukan betapa menarik, unik, dan menggemaskanya kata “cinta” dalam hidup kita. Sehingga memberi tekanan kepada kita, yang seolah jikalau kita tidak ikut meramaikan untuk membuat definisi tentang cinta, kita akan dikatakan orang yang egois, orang yang menutup mata tentang cinta, atau barangkali akan dibilang orang yang tidak memiliki cinta.

Berangkat dari multi_pahamterhadap cinta, serta sekaligus keinginan untuk memberi sumbangan dalam memahami apa arti cinta agar lebih mengena--atau setidaknya membantu memberi warna lain dari definisi “cinta” yang sudah ada-- maka saya mencoba memberikan penjelasan dan gambaran-gambarannyaakan cinta. Dengan demikian, saya berharap melalui apa yang saya terangkan tentang apa itu cinta bisa membantu para ahli tafsir“cinta” untuk lebih lunak dan tepat dalam memahami cinta, dan disamping itu juga membantu membuka ‘nyali’ para sahabat yang masih malu, nervous, apalagi takut untuk membuat definisi cinta.

Belum sempat saya membuat pengertian tentang cinta, saya terkagum dengan sosok di depanku. Sosok itu tinggi, putih, seksi, dan begitu mempesona. Hatiku pun berdebar ingin sekali menyentuhnya. Saya terdiam sesaat, mengelus dadaku yang berdetak kurang stabil. Setelah perasaanku lumayan reda, saya menghampirinya. Kupegang tubuhnya, dan kubuka bajunya. Oh, saya lagilagi terkejut. Tangan saya menyentuh sesutau yang padak dan sedikit empuk. Perasaanku kembali tidak normal. Saya menyentuh bukuku yang telah lama belum kubuka. Saya memegang buku Al-Hikam, karya Syeikh Atoillah. Rupanya sosok yang mendebarkan ini adalah rak kaca baruku tempat untuk menaruh buku-bukuku.

Saya membuka buku Al-Hikam ini, lagi-lagi saya menemui suguhan cinta. Di dalam buku tersebut, Syeikh Athoillah mengatakan tentang cinta, "Bukanlah cinta apabila kita mencintai 'seseorang' karena ia selalu memberi apa yang kita minta, melainkan cinta terhadap diri sendiri lewat jalan yang lebih jauh." Catatan, sengaja kata 'seseorang' menggunakan tanda kutip, karena yang dimaksud Syeikh Athoillah dalam buku Al-Hikam itu bukanlah manusia. Namun demikian, mengingat dalam bahasanya menggunakan dhomir (kata ganti) "hu" semoga saya di sini menuliskan atau menerjemahkan menjadi "seseorang" tidak menjadi masalah….

Sampai di sini dulu, sehingga tulisan ini masih ada kelanjutannya. Silahkan teman-teman menunggu sambungan tulisan ini, yang sepertinya saya tidak akan menuliskannya….

Tulisan di atas diolah dari pelbagai sumber; buku-buku terkait, internet, dan teman-teman diskusi....

____________________________________

Salam revolusi damai....

____________________________________

Wahyu NH Al_Aly

(Gembel Jalanan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline