Satu setengah tahun pandemi berlalu dan belum kunjung usai,dengan anak dan orang tua di rumah saja mungkin membuat orang tua khawatir akan kesehatan anak.
Di sisi lain, orang tua yang perlu bekerja di rumah sambil terus memerhatikan anak, menemani anak belajar dan bermain, mungkin pernah mengalami kejenuhan atau kelelahan, baik secara fisik maupun emosional. Karenanya, kami mengangkat tema kesehatan mata dalam penggunaan gawai pada anak.
Webinar ini diadakan pada Minggu, 22 Agustus 2021 mengundang dr. Susy Fatmariyanti, Sp.M(K) sebagai narasumber. Beliau merupakan salah satu dokter spesialis mata di salah satu rumah sakit daerah di Surabaya. Kegiatan yang diadakan secara daring tersebut dihadiri oleh masyarakat sekitar Randu diberbagai usia, muda hingga orang tua. Kegiatan tersebut disambut antusias oleh masyarakat sehingga mendapatkan respon baik berupa pertanyaan-pertanyaan melalui room chat zoom maupun pertanyaan langsung.
Dalam era digital ini, orang menghabiskan waktu untuk menatap layar gawai ataupun komputer dibandingkan tidur lebih awal waktu. Hal tersebut merupakan ancaman untuk generasi muda dalam mengelola kesehatannya terutama kesehatan mata.
Menjaga kesehatan mata pada anak sangat penting untuk dilakukan oleh orang tua, terutama di masa pandemi saat ini. Pembelajaran jarak jauh, bekerja dari rumah (WFH) merupakan tantangan yang harus dihadapi menggunakan media elektronik khususnya gawai. Penggunaan ini tidak lepas dari kebiasaan anak setelah melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh yang dapat mengganggu kesehatan penglihatan anak.
Dalam diskusi yang dilaksanakan melalui media zoom dijelaskan bahwa, jarak kerja terlalu dekat, penggunaan waktu yang cukup lama untuk memandangi layar gawai dengan pengaturan cahaya yang sangat terang atau redup merupakan hal yang sangat membahayakan dan sangat tidak dianjurkan dalam ilmu kedokteran mata. Gangguan yang sering terjadi adalah pusing, mata lelah, mata kadang berair atau terasa kering, penglihatan kabur. Hal ini disebut dengan digital eye strain.
Visible light yakni mata bisa melihat cahaya yang tampak oleh mata seperti spectrum atau warna-warna pelangi , yang tidak tampak oleh mata seperti sinar gama, sinar alfa, sinar beta, ultaraviolet. Paparan sinar biru yang banyak masuk ke mata kita tidak menyebabkan kerusakan atau kebutaan pada mata. Namun beliau menyebutkan bahwa ada penelitian tentang sinar biru yang dapat menganggu ritme tidur tubuh. Ritme ini mengoordinasikan sistem mental dan fisik di seluruh tubuh. Cara kerja ritme ini dimulai dari sel-sel otak yang merespon isyarat lingkungan yakni gelap dan terang. Respon tersebut ditangkap oleh mata kemudian dikirim dalam bentuk sinyak ke sel-sel tubuh sebagai isyarat kapan waktunya terbangun dan tidur.
Pemakaian gawai pada anak tidak menimbulkan kebutaan atau gangguan pertumbuhan sistem penglihatan pada anak. Namun pemakaian gawai yang berlebihan pada anak dapat menyebabkan gangguan yang berhubungan dengan perhatian (attention related disorder), obesitas, progresivitas myopia.
Mencegah terjadinya digital eye strain berdasar keilmuwan yang beliau sampaikan antara lain :
Rule of 20-20-20 adalah setiap 20 menit bekerja, 20 detik untuk istirahat dan lihat jauh dengan jarak 20 kaki,