Lihat ke Halaman Asli

Pemberdayaan Kelompok Ibu-ibu Desa Lewalu-Alor NTT dalam Memanfaatkan Limbah Ikan Tuna Menjadi Produk Oleh-oleh

Diperbarui: 1 Februari 2022   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara Pembukaan dan Pembentukan Kelompok UMKM. Sumber: Dokumen Pribadi.

Studi Independen AMATI Indonesia merupakan salah satu program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang diinisiasi oleh Kemdikbud dengan membawa tema "Solving Sustainable Tourism Problem with Design Thinking"

Tujuan utama dari program AMATI Indonesia adalah mengangkat daya saing para pemuda dengan keilmuan berbasis inovasi berkelanjutan. Program ini dimulai sejak 19 Agustus 2021 sampai 31 Januari 2022.

Salah satu tim studi independen AMATI Indonesia ditempatkan di Alor tepatnya di Desa Lewalu yang merupakan desa penghubung antara tempat-tempat wisata yang ada di Kecamatan Alor Barat Laut sehingga selalu ramai dilewati oleh wisatawan. 

Sulitnya mendapatkan oleh-oleh ketika berwisata ke kecamatan Alor Barat Laut dan banyaknya nelayan yang memburu hiu tikus (hewan konservasi) karena tidak memiliki keahlian lain, menjadi permasalahan yang ditemui di desa Lewalu.

Menurut data di lapangan, 80% profesi masyarakat di desa ini adalah sebagai nelayan. Ikan-ikan hasil tangkapannya dijual begitu saja di pasar dan belum ada pengolahan lebih lanjut hasil perikanan yang mampu menambah nilai jual lebih tinggi. 

Oleh karena itu, tim Studi Independen yang diberi nama tim Hiu Tikus yang didampingi oleh mentor lapangan Mika Maharani Gynecologia bekerjasama dengan Thresher Shark Indonesia sebuah LSM yang bergerak pada bidang konservasi hiu tikus juga bekerjasama dengan BUMDes Lewalu, kami mencoba untuk mengembangkan produk hasil perikanan dan pertanian dengan cara memberdayakan ibu-ibu di desa Lewalu.

Di desa Lewalu ini memiliki 2 pabrik ikan tuna, limbah ikan tuna yang dihasilkanpun bermacam-macam seperti kulit ikan, tetelan, dan daging ikan dalam potongan kecil. Sayangnya, limbah-limbah ini tidak diolah lebih lanjut sehingga mencemari lingkungan.

"Dari ikan tuna itu yang kami ambil adalah isi merahnya, biasanya tetelan itu sebelum ada teman-teman mahasiswa yang praktiknya di desa Lewalu itu biasanya tetelannya kami buang tetapi dengan adanya kerjasama dengan teman-teman mahasiswa untuk praktik di Lewalu, tetelan tuna yang dulunya kami buang sekarang kami bersama mereka kami manfaatkan untuk proses pembuatan patty tuna, abon ikan tuna, dan dendeng ikan tuna," ucap Idham Haji selaku ketua BUMDes Lewalu.

Untuk mengolah limbah ikan tuna menjadi suatu produk, diperlukan sumber daya manusia yang dapat mengolahnya. Oleh karena itu tim Hiu Tikus mencoba untuk memberdayakan kelompok ibu-ibu desa Lewalu seperti, istri-istri nelayan yang sudah tidak menangkap hiu tikus, ibu-ibu PKK, ibu-ibu posyandu dan ibu-ibu kelompok tani. 

Pemberdayaan diawali dengan pelatihan produksi, pelatihan secara mandiri, pelatihan perencanaan usaha sampai ibu-ibu tersebut dapat memproduksi produknya secara mandiri dan mendapatkan keuntungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline