Pada abad 20-an ini, olahraga merupakan aktivitas fisik yang dibutuhkan, tidak hanya untuk meningkatkan kesehatan fisik semata, namun juga untuk menjaga kesehatan mental. Olahraga sendiri merupakan aktivitas yang fleksibel dan universal: tidak terbatas oleh usia, jenis kelamin maupun ras. Olahraga juga tidak mesti harus pergi dulu ke gym atau pusat kebugaran, diatas kasur pun seseorang bisa melakukan olahraga seperti yoga atau streaching.
Selain itu, di era modern ini, banyak remaja dan orang dewasa muda mengalami tingkat stres yang tinggi. Stres ini dapat berasal dari berbagai faktor seperti tuntutan akademis, masalah sosial, dan tekanan dari lingkungan sekitar. Stres yang tidak terkendali dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, meningkatkan risiko gangguan seperti kecemasan dan depresi.
Mengutip dari laman tirto id, pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terdapat lebih dari 19 juta penduduk Indonesia usia lebih dari 15 tahun memiliki gangguan mental emosional. Selain itu, sebanyak lebih dari 12 juta penduduk dengan rentang usia sama diketahui mengalami depresi hingga dapat menjadikan penderita melakukan aksi nekat seperti bunuh diri.
lalu, benarkah rajin berolahraga dapat mengurangi stress dan meningkatkan kesejahteraan mental?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andalasari dan Berbudi (2018) mengenai pengaruh kebiasan berolahraga terhadap tingkat stress mahasiswa, menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga yang baik berpengaruh signifikan terhadap tingkat stress, dikarenakan menurunnya hormone stress, dan meningkatnya feel good hormone.
Saat seseorang berolahraga, tubuh memproduksi hormon endorfin. Endorfin adalah hormon alami yang bertindak sebagai analgesik (penghilang rasa sakit) dan juga dapat mengurangi kadar hormon stres seperti kortisol. Kortisol adalah hormon yang dilepaskan dalam respons terhadap stres dan berperan dalam mengatur reaksi tubuh terhadap tekanan. Dengan meningkatnya produksi endorfin dan penurunan kadar kortisol, aktivitas fisik dapat membantu mengurangi tingkat stres secara signifikan.
Selain endorfin, olahraga juga meningkatkan produksi hormon serotonin dan dopamin. Serotonin adalah neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati dan keseimbangan emosional, sedangkan dopamin dikenal sebagai hormon yang terkait dengan perasaan kenikmatan dan motivasi. Meningkatnya kadar serotonin dan dopamin akibat olahraga dapat meningkatkan perasaan bahagia dan kepuasan, serta membantu mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
Hasil studi literatur yang dilakukan Saufi dkk (2024) dengan meninjau beberapa studi yang mengevaluasi pengaruh olahraga pada kesehatan mental dan respons terhadap stres, menemukan bahwa latihan fisik rutin terkait dengan penurunan kecemasan dan depresi.
Olahraga juga meningkatkan kesejahteraan emosional dan mengurangi kepekaan terhadap stres, yang memungkinkan orang untuk menangani stres dengan lebih efektif.
Beberapa mekanisme yang mendasari manfaat ini adalah peningkatan pelepasan endorfin, penurunan aktivitas hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), dan peningkatan suhu tubuh. Semua ini menyebabkan perasaan yang lebih relaks dan lebih baik di hati. Latihan fisik juga meningkatkan keterampilan coping dan kepercayaan diri.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa benar adanya rajin berolahraga itu dapat mengurangi perasaan stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.