Lihat ke Halaman Asli

Teruslah Bermimpi Meski Matamu Tak Lagi Terbuka

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mimpi, bukan arti sebenarnya, seringkali membuatku bahagia. Mimpi kadangkala menjadikan hatiku penuh suka. Dan mimpi, tak jarang ia memberiku energi.

Energi itu, energi yang tak mampu diukur dengan apapun. Tidak dengan timbangan atau alat ukur lainnya. Sebab ia seperti benda ajaib. Tiada bebannya namun bisa tampak pada pancaran diri.

Aahh, lagi - lagi aku bermimpi..

Mengkhayalkan masa depanku akan seindah bayanganku. Tuhan, mungkinkah itu semua? Sedang sekarang ini aku terbaring lemah di ruang ini. Tak satu hal pun yang dapat kupikirkan. Studi-ku, keluargaku, teman-temanku. Semua tampak gelap.

Saat ini, dikala tubuhku hanya mampu menerima perintah para ahli medis itu, aku.. aku hanya mampu berdoa. Meminta sedikit belas kasih-Nya agar esok aku masih dapat melihat sang surya.

Rontgen, USG, cek darah, cek gula darah.. Sungguh, aku lelah merasai semua ini. Obat tak hanya masuk melalui mulutku, sebab suntikan Toramin pun diberikan melalui tanganku. Setiap hari sebanyak 3x.

"Penghilang rasa sakit", itu yang mereka katakan padaku.

Syukurlah, cukup 3 bulan ini aku mengalaminya. Rasa sakit di perut yang tak dapat kuberitahukan padamu bagaimana rasanya. Lebih sakit dari sakit maag juga lebih sakit dari saat kau mens.

Tuhan, aku berterima kasih padamu. Sebab hal itu sudah berlalu. Ku harap takkan lagi ia datang. Amin.

Semangat semangat semangat...

Karena sekarang udah sehat, saatnya meraih mimpi kembali. Merencanakan hal - hal yang belum sempat tercapai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline