Belum lama, kita dihebohkan dengan naikkan BBM bensin dan solar menjelang lebaran, dampaknya inflasi sampai sekarang terjadi. Nilai Dolar tidak kunjung turun, malah justru mengalami trend naik. Per-hari ini mencapai Rp. 12277/USD di Mandiri. (www. Detik.com) Masih ingat pula di benak kita semua bahwa pemerintah dan pertamina kala memindahkan kebutuhan masyarakat dari Minyak Tanah ke Gas LPG adalah karena SDA LPG yang melimpah, sehingga tak ayal bahwa masyarakat sekarang sudah dininabobokkan dengan enaknya memakai LPG. Meskipun yang demikian diawali dengan berbagai keraguan atas peralihan ke Gas LPG, karena gas LPG yang meledak. Tapi apa yang terjadi, setelah mayoritas masyarakat beralih ke gas LPG, kemarin di tahun baru 2014 kita mendapat kado kenaikan gas LPG. Tepatnya tanggal 1 Januari 2014, harga jual elpiji 12 kilogram (kg) naik dari Rp 5.850 per kg menjadi Rp 9.809 per kg. Sehingga harga jual dari Pertamina sebelumnya Rp 70.200 per tabung menjadi 117.708 per tabung. (www.tribunnews.com). Yang akhirnya hari ini, 06-01-2013, Pemerintah dan PT Pertamina (Persero) sepakat menurunkan harga elpiji 12 kg. Jadi harga elpiji nanti akan turun dari Rp 117.708 menjadi Rp 82.200 per tabung mulai besok pukul 00.00. (www.detik.com).
Apakah solusi ketika Gas LPG Naik bagi peningkatan perekonomian?
Yang terjadi, ketika gas LPG 12 kg naik, semua produk yang menggunakan gas LPG 12 kg akan naik, beriringan dengan naiknya harga-harga tersebut, akan meningkat pula harga-harga yang lainnya. Emosi menaikkan harga gas LPG 12 kg yang hanya 6 hari sudah berdampak luas di masyarakat. Harga-harga yang diproduksi menggunakan gas LPG 12 kg menjadi naik. Sebagai contoh di warung-warung makan, industri rumah tangga. Bahkan media elektronik sudah memperlihatkan kepada kita semua bahwa, tidak sedikit warga yang rela menukarkan tabung gas LPG 12 kg ke tabung gas LPG 3 kg. artinya permintaan terhadap gas LPG 3 kg akan terus meningkat.
Bagaimana suasana pedagang gas LPG?
Sejak naiknya gas LPG 12 kg, para pedagang gas LPG 12 kg banyak beralih kepada Gas LPG 3 kg, padahal itu merupakan gas yang tersubsidi, untuk kalangan menengah ke bawah. Tidak menutup kemungkinan bahwa ke depan gas LPG 3 kg juga akan mengalami kenaikan alasan pembengkakan subsidi karena permintaan yang meningkat. Hal ini perlu dibangun regulasi yang tepat, dan alasan yang riil bagi pemerintah sebagai pelaksana sekaligus pengendali perekenomian di tanah air.
Perlu solusi?
Masyarakat sudah banyak yang mencontohkan adanya pemanfaatan gas yang terbuat dari yang tersedia di sekitar masyarakat, mulai dari kotoran hewan ternak, kotoran manusia, limbah tahu. Hal ini perlu dikembangkan agar masyarakat tidak mengalami ketergantungan adanya kebutuhan gas LPG yang dikeluarkan pertamina. Apalagi sekarang digalakkan adanya pengalihan BBM transportasi ke arah Bahan Bakar Gas. Tidak menutup kemungkinan harga beli Gas akan terus meningkat seiring meningkatknya permintaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H