Ketika berjalan-jalan di daerah Gion, Kyoto saya melihat beberapa wanita geisha memakai baju kimono, berbedak putih di wajah dan memakai gincu berwarna merah menyala.
Mereka berjalan cepat menyelinap di antara gang-gang jalanan. Mereka memakai baju berwarna kemerahan dan memakai sandal bakiak setinggi lima sentimeter.
Keberadaannya membuat beberapa turis ingin mengejarnya untuk foto bersama. Tapi cara berjalan para geisha tersebut sangat cepat sehingga tidak terkejar. Saya sengaja memilih berjalan-jalan di daerah Gion untuk mengambil foto para Geisha yang berangkat kerja.
Begitulah dua geisha tersebut tidak memberi kesempatan untuk diajak foto bersama. Di daerah Gion, Kyoto ada titik di Jalan Hanamikoji, Kyoto untuk tempat menunggu para geisha di ajak foto bersama. Para turis menunggu di sini mulai pukul 16.00 sampai 18.00 waktu setempat di mana para geisha berangkat kerja.
Akhirnya saya berhasil foto dengan dua geisha yang sedang naik becak di daerah pertokoan Kyoto.
Daerah Gion sebagai pusat hiburan malam di Kyoto memang banyak dijumpai para geisha yang berangkat dan pulang kerja di daerah tempat-tempat minum sake di Kyoto.
Geisha berasal dari kata gei yang berarti seni dan sha berarti orang. Jadi geisha berarti orang seni atau orang yang mengabdikan dirinya pada kesenian dan mempunyai ketrampilan untuk menghibur.
Secara historis geisha mulai muncul di Jepang pada abad ke 16. Sejak usia dini geisha harus mengikuti pelatihan seni yang berat.
Tugas utama geisha adalah menemani para tamu, berbincang dengan tamu, menuang sake dan memastikan gelas sake tidak pernah kosong, dan menghibur tamu dengan pertunjukan seni mulai menari sampai bermain alat-alat musik.