Lihat ke Halaman Asli

Asita Suryanto

TERVERIFIKASI

Traveler

Indro Warkop Sangat Kehilangan Sahabatnya Meninggal

Diperbarui: 13 Juli 2019   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indro warkop melayat (dok asita)

Indro Warkop kelihatan wajahnya sedih dan matanya berkaca-kaca ketika menyaksikan wajah sahabat dan orang yang dihormatinya almarhum Rudy Badil.

Lama sekali Indro berdiri di tepi peti jenazah sambil menatap wajah Badil seorang wartawan Kompas dan sekaligus pendiri grup lawak Warkop Prambors, di rumah duka RS Dharmais Jakarta Barat Kamis (11/7) sore sekitar pukul 16.00.

Sesekali tangan Indro mengusap air matanya. Indro merasa sangat kehilangan karena dari Grup Warkop tinggal dia sendiri yang masih hidup.Indro terakhir bertemu Badil dalam keadaan sehat sebulan lalu pada acara halal bihalal di Cisalak.

Setelah jatuh di rumah Badil hanya sempat dirawat dua hari di RS Hermina Depok dan meninggal kemarin Kamis pukul 07.24 wib. Berita kematiannya cepat menyebar di grup wa karyawan Kompas dan status facebook wartawan Kompas yang mengenalnya semua merasa kehilangan sosok yang humoris dan jago menulis feature ini.

Di mata Indro, Badil adalah sosok yang paling kreatif di masanya."Babe sangat kreatif dengan ide di masanya. Saya sangat kehilangan karena sudah saya anggap sebagai orang tua. Saya panggilnya babe,"  ujar Indro di ruang duka kepada penulis. Selama dirawat, Indro setiap hari datang ke rumah sakit memantau perkembangan sahabatnya yang tidak sadar sampai meninggalnya.

Awalnya Warkop Prambors mula-mula grup humor radio, lantaran lawakannya muncul di Radio Prambors di Jalan  Borobudur Pegangsaan. Setelah Warkop mulai bermain di panggung-panggung, Badil menarik diri.

Hampir semua anggota Warkop, Nanu, Dono, Kasino, sudah meninggal dahulu, kecuali tinggal satu Indro yang sore itu mengenakan kaos warna hitam.

Saya sendiri yang mengenal secara pribadi merasa Badil adalah seseorang yang ramah, humoris dan perhatian. "Hai ta apa kabar, kamu sehat," kalimat itu yang sering disampaikan ketika bertemu.

Paling mengesankan ketika sekitar tahun 1986, dia tiba-tiba datang muncul ke rumah saya di Jember. Ketika itu Badil sedang ada liputan petani tebu TRI dan kami ngobrol lama tentang suasana Kota Jember.

Badil karena seorang antropologi dia bisa  menaksir tahun pembuatan koleksi porselin kuno di rumah ibuku  diperkirakan dibuat pada zaman kaisar Cina 200 tahun yang lalu. "Itu barang berharga, " katanya sambil wajahnya terus menatap piring cantik bergambar burung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline