Kami berjanji: Hadir tepat waktu.Membayar angsuran mingguan sesuai kewajiban. Menggunakan pembiayaan ini untuk usaha. Hasil usaha untuk kesejahteraan kami.Bertanggung jawab bersama bila ada nasabah tidak memenuhi kewajiban. Itulah janji nasabah yang harus diucapkan para ibu pra sejahtera yang ikut program usaha kecil dari Permodalan Nasional Madani (PNM), sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menggelontorkan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera yang dikenal dengan sebutan Mekaar.
Seorang ibu peserta Mekaar dari kalangan pra sejahtera dengan lantang mengucapkan janji tersebut pada acara peluncuran buku berjudul "Revolusi Senyap untuk Para Ibu Tangguh" oleh penulis, Kristin Samah.
Buku ini mengulas tentang revolusi mental yang dimulai dari kaum ibu tangguh yang senyap di Indonesia tanpa gembar-gembor. "Buku ini menceritakan bagaimana ketangguhan ibu-ibu di keluarga pra sejahtera bisa mengentaskan kemiskinan," ujar Kritin dalam acara peluncuran bukunya di Gedung Sarwono, Jakarta, Rabu (10/10/2018).
Kristin menceritakan bahwa pada pembiayaan untuk koperasi, usaha kecil dan menengah dilakukan Unit Layanan Modal Mikro (ULMM), program Mekaar ini lebih spesifik untuk keluarga-keluarga pra sejahtera. Semua nasabah adalah perempuan.
Buku tersebut hanya dikerjakan dalam waktu dua bulan dengan mengunjungi beberapa daerah, seperti Jakarta, Bogor, Yogyakarta, dan Aceh. Dalam buku ini berhubungan dengan upaya revolusi mental yang dilakukan oleh pemerintah Joko Widodo untuk mengentaskan kemiskinan keluarga pra sejahtera. Dia menilai revolusi senyap untuk mengurangi kemiskinan ini lantaran memang tidak ada gembar-gembor, apalagi unjuk rasa menuntut sesuatu yang dianggap sangat penting. Kendati sepi, lanjutnya, perubahan yang terjadi sebenarnya gegap gempita.
Buku setebal 135 halaman yang diterbitkan Gramedia itu dibuat ringan dan sederhana dalam pemilihan kata untuk memudahkan memahami konsep yang pelik. Tidak banyak istilah akademis yang berpotensi mengerutkan kening meskipun yang tertuang dalam buku, menjelaskan microfinancing, entrepreneurship, psikologi sosial, dan semangat kebangsaan dalam mengentaskan kemiskinan.
Acara peluncuran dihadiri beberapa pembicara yaitu Chicha Koeswoyo, Putri K. Wardhani, Syarkawi Rauf, dan Hendrik Riwu Kore dengan moderator Maman Suherman.
Chicha bekas penyanyi cilik mengatakan, isi buku itu merupakan cermin perjuangan hebat ibu-ibu yang mulai belajar menjadi entrepreuner. Ia mengalaminya ketika merintis bisnis sambal. Modalnya Rp 3 juta, sedikit lebih banyak dibanding modal tanpa agunan yang diperoleh ibu-ibu pra sejahtera sejumlah Rp 2 juta.
Penyanyi cilik yang populer di awal tahun 80-an itu mengaku terharu bahwa apa yang dilakukan ibu-ibu tangguh, mengawali bisnis, pernah juga ia lakukan. Jatuh-bangun itu biasa kalau mau berhasil.
Sedangkan Putri K. Wardhani CEO Mustika Ratu mengatakan, di era digital, peluang bisnis semakin terbuka. Ibu-ibu tak perlu kecil hati, ia menyebut, bisnis kuliner terus berkembang. Pewaris perusahaan kosmetik asal Solo itu pun mencontohkan, meskipun Solo menjadi tanah leluhur keluarga, kalau pulang ke kota itu, tetap saja menjelajah aneka kuliner.
Hendrik Riwu Kore, excecutive vice president Permodalan Nasional Madani (PNM) mengatakan, buku ini lengkap menuturkan konsep permodalan untuk keluarga prasejahtera. Program itu diberi nama Mekaar, kependekan Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera.